Thursday, August 31, 2006

Kamis 31 Agustus 2006

Nekad!!!
 
Yang terjadi tejadilah. Itu yang ada di pikiranku sekarang. Kalaupun dia tidak suka dan membuang pemberianku, ya sudahlah. Tapi kalau jawabannya masih mengambang seperti kemarin, berarti dia masih memainkan sesuatu kepadaku. Jinak-jinak merpati. Dari kejauhan seperti menggoda untuk di dekati tetapi setelah di dekati malah menjauh.
 
Kemarin sore aku tidak berhasil menemuinya. Dia berjalan bersama temannya sesama karyawan lantai dua. Aku jadi tidak bisa mendekatinya. Soalnya temannya tersebut ikut di hyundainya. Wah gagal deh rencancaku hari ini. Lisa.....Lisa..... kamu membuat aku semakin penasaran.
 
Akhirnya aku pulang ke tempat kost dengan tangan hampa. Sepanjang malam aku terus memikirkan bagaimana cara menaklukan hatinya. Pusing aku di buatnya. Kemarin saja waktu aku menyapanya di depan lift dia tidak menunjukkan ketidaksukaan kepadaku. Tapi mengapa sms dan telepon ku tidak pernah di balas. Bingung nya diriku. Tapi semua ini semakin memacu semangatku untuk tetap mengejarnya. Sebelum ada kata penolakan dari dia aku akan tetap mendekatinya.
 
Hmmm..... bagaimana ya......? Apa yang harus aku lakukan untuk menaklukan hatinya? Kira-kira apa yang harus aku berikan? Aha........ bagaimana kalau aku memberinya bunga? Ide yang bagus. Kebetulan temanku sedang ada di kost. Aku bisa minta bantuannya untuk pergi ke toko bunga. Akhirnya aku di bonceng dia naik motor pergi ke toko bunga. Sampai di sana aku memilih-milih bunga yang akan aku beli. Mahal juga ternyata ya. Akhirnya aku memilih bunga tunggal saja yang dibungkus plastik bening. Aku pilih mawar putih. Tadinya aku mau pilih yang merah tapi takut terlalu menyolok. Setelah membayar aku langsung pulang ke kost diantar temanku.
 
Sepanjang malam aku berpikir kira-kira apa yang harus aku katakan kepadanya. Ditanganku sudah ada kartu ucapan yang kosong. Aku ingin mengisinya dengan ucapan. Tapi apa ya? Bingung juga nih. Akhirnya aku memberanikan diri mengajaknya makan malam.
 
To : Elisa
 
Would you like to have a dinner with me?
 
Sincerelly
Andy
 
Begitu kira-kita isinya. Bagaimana besok saja. Dia mau terima atau tidak terserah. Pokoknya aku sudah usaha.
 
Lalu bagaimana cara memberikannya? Apakah aku berikan langsung ke tangannya? Aku takut dia menolak. Atau langsung di simpan di atas mejanya saja? Iya kali ya...., rasanya lebih aman. Selain tidak banyak orang yang tahu, juga tidak akan ada penolakan darinya karena bunga itu sudah ada di mejanya. Terserah dia mau melihatnya atau langsung membuangnya. Yang penting aku sudah memberikannya. Lalu lewat siapa memberikannya. Karena aku tidak punya teman di lantai dua. Office Boy!!! itu yang pertama terlintas di pikiranku. Aku bisa menitipkannya ke OB supaya di simpan di atas mejanya. Yes....  sempurna sudah rencanaku. Jam di kamarku sudah menunjukkan jam satu malam. Aku ingin tidur sekarang, ngantuk banget.
 
***
 
Hari ini sengaja aku datang pagi sekali. Jam enam kurang aku sudah ada di kantor. Supaya nanti aku bisa berbicara dengan OB tersebut lebih leluasa karena belum banyak orang yang datang.
 
"Bisa minta tolong pak....?". Aku menemuinya sesaat setelah OB tersebut datang dengan motornya.
"Boleh....". Dia menjawab dengan tatapan heran.
"Tahu mejanya Elisa tidak pak....?". Aku melanjutkan.
"Iya tahu". Dia mulai mengerti arah pembicaraanku.
"Saya ada titipan untuk dia, bisa gak tolong di simpan di mejanya...?". Aku menjelaskan.
"Ooo begitu. Iya...iya nanti saya simpan di atas mejanya ya". Dia menjawab begitu aku langsung berlari ke dalam ruangan kantorku untuk mengambil bunga yang sudah aku persiapkan.
"Ini pak....". Aku menyerahkan bungkusan kepadanya.
"Isinya bunga, nanti tolong dibuka saja korannya terus bunganya di simpan di atas mejanya". Aku menjelaskan
"Iya...iya". Dia menganggukan kepala. Aku serahkan bungkusannku sambil tidak lupa menyerahkan tips untuk dia.
"Ini pak, untuk bapak". Aku berbicara begitu sambil menyerahkan selembar uang cebanan.
"Eeeh.... nggak usah, nggak usah". Dia berusaha menolak
"Nggak apa-apa pak, buat uang rokok". Aku mengepalkan uang tersbut di tanganya.
"Oh ya udah terima kasih". Akhirnya dia mau menerima.
 
Aku kemudian masuk kembali ke arah ruang kantorku. Tapi serasa ada yang terlupa. Aku kembali mengejarnya di depan pintu lift.
 
"Pak...pak....". Aku berteriak memanggilnya.
"Iya.....?". Dia menjawab sambil keluar dari ruangan kaca depan lift.
"Tolong nanti jangan bilang-bilang dari saya. Didalamnya sudah ada kartu ucapan. Biar dia sendiri yang membacanya". Aku menjelaskan lagi.
"Iya...iya". Dia mengangguk tanda mengerti.
"Terimakasih ya pak". Tak lupa aku mengucapkan
"Iya sama-sama". Dia menjawab.
 
Yes...... Lega aku. Akhirnya sudah terlaksana maksudku. Setidaknya sudah ada yang mengantarkan bungaku untuk nya. Mudah-mudahan dia mau menerima. Perkara dia mau aku ajak dinner atau tidak itu urusan nanti.
 
Rasanya tidak sabar menanti siang tiba. Nanti setelah makan siang aku akan mengajaknya bicara.
 
***

0 comments: