Wednesday, August 23, 2006

Rabu 23 Agustus 2006

Siang ini aku makan di kantin duluan. Sengaja aku lakukan untuk menunggu dia. Tadi sebelum naik ke katin aku sempatkan untuk menelepon dia. Siapa tahu dia sudah tidak bekerja. Tapi setelah aku telepon ternyata Hp nya tidak diangkat. Mungkin dia masih sibuk.
 
Aku makan di tempat biasa menghadap ke pintu keluar kantin. Beberapa orang temannya mulai berdatangan untuk makan. Aku perhatikan dia belum juga muncul. Ah biarlah.... toh nanti juga dia kelihatan. Sambil mengunyah makanan mataku tak lepas melirik ke arah pintu masuk kantin. Siapa tahu dia yang datang. Ketika aku menunduk untuk menyuap makanan aku lihat dia datang bersama temannya. Walaupun sedang menunduk aku masih bisa memperhatikan dia dengan sudut mataku. Memakai kemeja putih bergaris hitam dan memakai celana panjang hitam. Entah aku harus mengungkapkan dengan apalagi kekagumanku kepadanya. Aku tidak memperhatikan dia duduk. aku lihat sekeliling ternyata dia duduk di deretan kursi paling jauh. Yah jadi tidak kelihatan olehku. Aku jadi susah untuk melihatnya. Karena terhalang oleh orang-orang yang sedang makan. Tapi biarlah aku akan mencoba menghubungi dia siang ini selepas makan. Aku ingin sekali mendengar suaranya.
 
Selesai makan dan sholat dzuhur aku bergegas turun ke lantai bawah dimana kantorku berada. Aku lihat jam menunjukkan duabelas lewat empat lima. Masih ada waktu. Mungkin dia belum mulai bekerja. Aku angkat gagang telepon. Aku mulai pijit nomor telepon dia. Terdengar nada sambung. Lama sekali tidak di angkat. Aku coba sekali lagi. Tetap sama tidak diangkat. Ah aku jadi lemas. Apa dia tidak mau menerima telepon dariku ya? Semalam juga begitu. Aku telepon dia tidak diangkat. Ada rasa kecewa dihati ini. Apa mungkin dia memang tidak suka kepadaku? Tapi kalau tidak mau menerima telepon dariku atau tidak suka kepadaku, kenapa dia mau memberikan nomor HP nya padaku? Dan mengijinkan aku untuk meneleponnya? Atau ini hanya siasat dia saja. Mungkin dia merasa tidak enak kepadaku lalu dia berikan saja nomor Hp nya kepadaku toh mau di jawab atau tidak itu urusan nanti. Kalau ingat itu terasa seperti ada yang mengiris-iris hatiku. Apakah memang aku tidak pantas untuk mendekatinya?
 
Biarlah perasaan ini berlalu. Mungkin kalau memang harus dekat dengannya psti ada jalannya. Seperti kejadian tempo hari ketika aku berkenalan dengannya dan beberapa hari kemudian mengetahui nomor HP nya. Aku rasa mungkin itu juga sudah ada jalannya.
 
So aku masih berbesar hati. Tidak akan aku patah semangat. Sekali melangkah aku takkan surut kebelakang. Ayo terus maju. Jangan mundur. Tetap kejar dia. Jangan berhenti karena hal yang kecil.
 
Tetap semangat.

0 comments: