Wednesday, August 16, 2006

Rabu 16 Agustus 2006 Sore

Target atau Deadline?????

Hari ini adalah hari terakhirku bekerja di minggu ini. Kenapa? Karena besok adalah hari kemerdekaan RI yang ke enam puluh satu tanggal 17 Agustus 2006, Besoknya kan hari jumat. Nah kantor mengambil kebijakan untuk menetapkan hari itu sebagai cuti bersama. Jadi aku liburan panjang banget karena senin nya libur juga. Jadi deh aku liburan panjang lima hari. Pulang kampung.

Tadinya hari ini akan aku jadikan sebagai deadline untuk mengetahui nomor HP Elisa. Tapi apa daya ternyata sampai sore ini aku belum berhasil. Dari mulai makan siang sampai jam habis makan siangpun aku tidak berani untuk menghubungi dia. Padahal hatiku sudah tidak tahan untuk segera mengetahui nomor HP nya.

Targetku adalah sebelum tanggal tujuhbelas agustus aku harus sudah mengetahui nomor HP nya. Tapi sampai sore ini aku belum juga mengetahui nomor HP nya. Ah apakah aku akan pasrah saja menerima nasib? Pasrah menerima kenyataan. Bagaimana kalau aku keduluan orang lain? Bagaimana kalau ada orang yang suka sama dia? Tidak........ Aku tidak boleh tinggal diam. Aku harus terus maju. Tapi bagaimana caranya ya? Sampai jam tiga sore aku belum juga menemukan cara terbaik untuk bisa mengetahuinya. Kalau menelepon ke kantornya sepertinya tidak mungkin. Karena kemarin saja waktu aku menelepon ke kantornya suasananya kurang mendukung. Dia sepertinya kurang nyaman kalau di telepon ke kantornya.

Hari ini baru saja aku dapat kabar bahwa kontener akan datang. Biasanya pengiriman barang untuk keluar kota. Hmmm.... bisa aku manfaatkan nih. Lho kok bisa?

Biasanya untuk pengecekan barang yang akan naik ke kontener dilakukan di halaman parkir. Nah moment ini bisa aku gunakan untuk mengajaknya bicara di tempat parkir. Aku sudah tersenyum duluan membayangkan yang akan terjadi. Hatiku jadi berdebar-debar menunggu saatnya tiba.

Pengecekan barang masih terus berlangsung. Satu kontener pasti lama. Minimal selesai jam enam sore. Saat-saat menuju jam lima sudah dekat. Aku semakin berdebar-debar dibuatnya. Aku lihat ke pintu lift banyak orang yang keluar masuk tapi yang aku tunggu belum datang.
Jam lima sudah lewat. Waktu keluar kantor lantai dua pun sudah tiba. Sambil mengecek barang yang masuk ke kontener aku selalu memperhatikan orang yang keluar dari dalam lift satu-persatu. Teman-temanku yang lain yang ikut dalam pengecekan barang belum mengetahui apa yang aku rencanakan. Huh..... hatiku berdebar-debar menunggu dia keluar dari pintu lift.

Sekarang sudah limabelas menit lewat dari jam lima tapi dia belum kelihatan mucul juga. Hanya ada beberapa orang karyawan lantai dua yang keluar untuk pulang. Hatiku semakin berdebar-debar tak karuan. Untung saja aku masih bisa berkonsentrasi dalam penghitungan barang.

Dua puluh menit sudah berjalan dari jam lima. Terasa setahun penantianku. Dia belum datang juga. Selang lima menit akhirnya yang aku nantikan datang juga. Memakai atasan warna orange dan bawahan memakai span pendek warna hitam. Ah...... hatiku terasa mau copot. Kenapa aku selalu gemetar kalau melihat dia. Hatiku dagdigdug tak karuan.

Dia melangkah keluar dari pintu keluar ruangan lift. Aku lihat dia sedang berbicara dengan teman wanita nya. Wah jangan-jangan dia akan ikut ke mobilnya nih. Ah mudah-mudahan saja tidak. Dan harapankupun menjadi kenyataan. Temannya berjalan berlawanan dengan dia. Dia sekarang berjalan sendiri menjuju ke hyundainya. Temanku saling berdehem dan menyikut aku. Aku tunjukan jari tengahku ke bibir pertanda untuk diam. Tapi teman-temanku malah cengengesan.

Aku kuatkan hatiku. Aku kejar dia sebelum sampai ke mobilnya. Teman-temanku semuanya tertawa melihat tingkahku. Nekad kali ya...

Dia berjalan ke arah mobilnya. Aku memanggil namanya.
"Elisa.....". Aku bicara sambil mensejajarkan langkahku dengannya. Dia menoleh kearahku. Tersenyum.
"Hai...apa kabar". Sapaku
"Baik". Jawabnya
"Emm..... mengenai yang kemarin....". Aku menghela nafas sebentar untuk mengatur detak jantungku yang tiba-tiba saja berdetak semakin cepat.
"Boleh gak aku telepon kamu?". Aku memberanikan diri bertanya.
"Boleh-boleh saja". Jawabnya sambil tetap menyunggingkan senyum. Yes lampu hijau.
"Kalau ke kantor boleh gak?". Aku bertanya kembali.
"Kalau ke kantor jangan ya.... soalnya aku lagi sibuk". Jawabnya. Yaaaah hatiku ciut.
"Kalau ke HP boleh gak?". Tanyaku lagi.
"Boleh tahu gak no HP nya?". Aku bertanya lagi tanpa memberikan dia kesempatan untuk menjawab. Hatiku semakin tak karuan menantikan jawabannya. Suara yang keluar dari mulutkupun agak bergetar.

Dia pijit remote mobilnya untuk membuka pintu. Dia membuka pintu mobilnya kemudian membuka sedikit kaca mobilnya. Aku menanti dengan sabar walaupun hatiku sudah tak karuan.
Akhirnya dia bicara juga.
"0816******". Aku segera menulisakan angka yang dia sebutkan. Tetapi tiga angka terakhir aku kurang menyimak karena dia bicara terlalu cepat.
"0816***.... berapa?". Aku memberanikan diri berbicara lagi.
"0816****** ". Dia menyebutkan lagi. Dia bicara sambil duduk di belakang stir hyundainya.
"Hari jumat masuk gak". Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Dia menggelengkan kepala. dia juga mungkin bingung kenapa harus memberitahukan nomor HP nya kepadaku. aku gak perduli yang penting nomor HP nya sudah aku dapatkan. Yes....

Dia kemudian menutup pintu mobilnya. Sementara kaca mobilnya belum dia naikkan.
"Makasih ya...". Aku kembali berbicara
Dia hanya mengangguk.
"Hati-hati di jalan". Aku bicara lagi tapi waktu itu kaca mobilnya sudah mulai dinaikkan. Entah terdengar atau tidak olehnya.

Aku kemudian menyingkir dari samping mobilnya untuk membiarkan dia lewat. Tapi tampaknya dia ingin aku yang duluan berjalan meninggalkan mobilnya. Aku kemudian berjalan kembali menuju kearah teman-temanku yang sedang menghitung barang. Mereka semua berloncatan. Hore-hore, yes yes, seperti yang menang kejuaraan sepak bola saja. Aku sendiri tersenyum walaupun hatiku masih menyisakan debaran-debaran yang tak kunjung mereda.

Aku menoleh ke samping. Hyundainya sudah mulai melaju. aku hentikan foklift yang akan menaikkan barang menunggu dia lewat. Dia lewat di antara aku dan teman-temanku. Aku lihat raut mukanya. Apakah ada perubahan ketika dia melewatiku. Dia hanya lewat saja dan menatap lurus kedepan. Aku tersenyum melihatnya. Mungkin dia agak malu atau kikuk atau apalah tapi kelihatan wajahnya agak sedikit tegang.

Tak apalah yang penting targetku sudah tercapai untuk mendapatkan nomor HP nya sebelum tanggal tujuhbelas Agustus.

Yes.... Hatiku bersorak.

0 comments: