Thursday, August 24, 2006

Kamis 24 Agustus 2006 Siang

Sebentar lagi waktu makan siang tiba. Teman-temanku yang lain sudah mulai naik ke lantai atas untuk makan. Aku sengaja menunggu waktu yang tepat untuk naik ke lantai atas. Biar tepat waktunya dengan kedatangan dia ke ruang kantin.
 
Aku naik ke atas jam duabelas lewat lima. Sampai di kantin belum banyak orang yang makan. Hanya ada teman-teman sekantorku saja yang makan. Oh iya ini hari kamis. Biasanya karyawan lantai dua tidak banyak yang makan pada hari kamis. Aku mengambil jatah makanku dan duduk di tempat biasa, bertiga dengan temanku. Aku duduk dekat dengan pintu masuk kantin. Sengaja agar aku bisa melihat dia pada saat masuk kantin.
 
Tak lama setelah aku duduk dan makan. Terdengar suara langkah orang yang aku kenal. Terdengar ada tawa yang mengiringinya. Ternyata dia berdua dengan temannya. Aku lihat dia menaiki tangga masuk kantin berdua dengan teman wanitanya. Dia terlihat berjalan sambil tersenyum dengan temannya. Ah... bisakah senyum itu aku miliki?
 
Aku tidak bisa memperhatikan dia waktu mengambil makan. Karena aku makan menghadap keluar kantin. Jadi aku tidak bisa melihat dia. Mudah-mudahan dia duduk di tempat biasa dekat pintu keluar kantin. Tunggu punya tunggu aku tidak melihat dia duduk. Aku edarkan pandanganku mengitari seluruh ruangan kantin. Itu dia, dia ternyata duduk di dekat jendela. Tapi tempatnya sangat jauh dari mejaku. Aku berada di ujung kanan sementara dia berada di ujung sebelah kiri. Dia terlihat membelakangiku. Aku hanya melihat bagian belakangnya saja. Padahal ingin sekali aku melihat dia, menatap wajahnya, memperhatikan matanya, bibirnya dan segalanya yang ada pada dirinya. Tapi ya sudahlah mungkin belum saatnya.
 
Setelah makan aku bercakap-cakap sebentar dengan temanku. Lalu  aku menuju ke mushola untuk menunaikan sholat dzuhur. Sekalian menenangkan hati. Biasanya setelah sholat aku bisa lebih menguasai perasaanku.
 
Selesai sholat aku bermaksud untuk langsung menuju ke lantai dasar tempatku bekerja. Ketika aku masuk kembali ke ruang kantin kembali aku memperhatikan bekas tempat duduknya. Aku lihat dia sudah tidak ada di sana. Sepertinya dia sudah menuju ke lantai dua. Tetapi ketika aku melewati pintu kantin aku melihat sosok yang aku kenal. Dia sedang duduk menghadap ke pintu keluar kantin. Kelihatannya dia sedang menerima telepon. Aku hanya melihat sekilas dan langsung turun menuju lift karena aku berjalan bersama temanku.
 
Aku berdiri di depan lift menunggu pintu terbuka. Aku lihat di layar lift masih berada di lantai dasar. Masih lama pikirku. Aku kembali bercakap-cakap dengan temanku menunggu lift naik ke lantai tiga. Aku mendengar langkah kaki menuruni tangga. Langkah yang aku kenal. Sepertinya dia sedang turun ke bawah. Semoga saja memang dia. Aku membalikkan badan tidak menghadap lift lagi. Aku membelakangi lift sehingga aku bisa melihat siapa yang turun dari kantin.
 
Langkah kaki tersebut semakin dekat. Terdengar jelas sekali. Kalau memang dia yang turun aku akan menyapanya. Siapa tahu dia mau turun bareng pake lift. Dan yang aku perkirakan memang betul. Aku lihat dia melintas di depanku. Benar-benar memukau hatiku. Kemudian aku beranikan diri menyapanya.
 
"Hai... Elisa". Sapaku.
Aku berkata begitu sambil tersenyum kepadanya.
Dia tidak menjawab. Hanya menoleh ke arahku dan tersenyum. Manis sekali. Senyum yang selalu aku rindukan. Senyum yang membuatku tak pernah bisa untuk melupakannya. Senyum yang membuat aku mabuk kepayang. Walaupun dia tidak mengucapkan sepatah katapun, bagiku itu sudah lebih dari cukup. Cukup untuk membuat hatiku berbunga-bunga. Cukup untuk membuat hariku cerah ceria kembali. Cukup untuk membuatku terbang ke awan. Senyumnya seperti membawa sejuta makna. Makna yang begitu mendalam. Menghantarkan berjuta-juta elektron bebas. Membuat getaran-getaran di hatiku. Membangkitkan gairah hidup. Membuat hidupku...... bermakna kembali.
 
Dia menuruni tangga. Menuju ke lantai dua. Kalau menunggu lift mungkin terlalu lama, karena jarak tiap lantai di kantorku memang tidak terlalu jauh. Teman ku mengerlingkan mata ke padaku. Aku hanya tersenyum. Akhirnya pintu lift terbuka dan kamipun bergegas masuk untuk menuju ke lantai dasar.
 
Senyum memang membawa berjuta makna. Bisa membuat orang bahagia. Memberikan senyum kepada orang juga termasuk ibadah.
 
Jadi tersenyumlah.
Tapi jangan tersenyum di depan umum tanpa sebab. Nanti di sangka orang gila..... :)

0 comments: