Monday, November 27, 2006

Senin 27 November 2006

Aku bilang juga apa... pulang nya nanti saja setelah jam dua belas seperempat. Itu kata hatiku. Kalau saja aku menuruti kata hatiku tak mungkin aku melihat dia lagi.
 
Sebetulnya aku menghindari dia bukan tanpa alasan. Selain memang aku tidak ingin membangkitkan rasa ku kepadanya juga aku sekarang punya kegiatan baru yaitu sholat berjamaah di mesjid yang terletak di seberang jalan kantorku. Waktu dzuhur biasanya jam dua belas kurang seperempat. Selesai sholat jam dua belas lewat sedikit dan biasanya aku langsung pulang ke kantor tanpa makan dulu karena makan siangku sudah di pesan untuk di antar ke dalam ruanganku saja. Dari pada harus ke kantin lantai empat kan repot.
 
Jadinya sambil menyelam minum air. Tapi ini airnya air kebaikan hehehe. Selain untuk menghindari bertemu dengan dia di kantin aku bisa sholat dengan khusuk di mesjid.
 
Aku keluar dari mesjid jam duabelas lewat lima menit. Entah kenapa sekarang jadi banyak karyawan lantai dua yang makan di seberang kantor. Sepertinya Elisa juga suka makan di sana. Jadinya setelah keluar dari mesjid aku suka lihat-lihat dulu jangan sampai berpapasan dengannya. Setelah aman aku berjalan dengan santai. Tapi apa daya sesampainya di jembatan dekat jalan aku melihat dia sedang berjalan berdua dengan teman kantornya. Ah dasar sial... aku ketemu lagi dengannya. Dia juga melihat ke arahku. Sedetik kami bertatapan kemudian dia menunduk. Setelah hampir berpapasan pun dia hanya menunduk. Aku tersenyum kepada Yarti teman nya ketika kamu berpapasan, karena memang aku kenal dengan dia.
 
Aku tidak menyangka akan bertemu dia lagi, dan bisa melihat dia, melihat dirinya, sosoknya, dan bertatapan dengan matanya yang dulu aku.... akh sekarang pun masih aku rindukan. Terus terang jantungku langsung berdetak cepat. Badanku terasa lemas. Lututku gemetar. Entah kenapa selalu terjadi hal ini apabila aku bertemu dengan dia.
 
Aku tidak ingin. Aku tidak mau. Rasa ini hadir kembali. Aku sudah memutuskan untuk tidak lagi mengingat dia. Rasanya seperti di tusuk sembilu ketika aku melihat dia berjalan dengan cowok lain. Padahal aku tidak punya hubungan apa-apa dengan dia dan cowok itu memang pacarnya. Tapi tetap saja hatiku merasa sakit karena memang aku mempunya perasaan kepadanya.
 
Apakah aku berlaku cengeng terhadap diriku sendiri. Apakah wajar seorang cowok punya perasaan yang sensitif seperti diriku. Tapi mau bagaimana lagi... sifatku memang sudah begini dari sananya. Tidak bisa di rubah begitu saja.
 
Mungkin selama aku bekerja disini dan selama dia juga masih bekerja di sini kejadian ini akan terus berlangsung, sekuat apapun aku berusaha menghindarinya.
 
Yah... pasrah aja dech...
 
Elisa... Elisa...

Friday, November 17, 2006

Jumat 17 November 2006

Ya Allah... apalagi yang akan Kau perlihatkan kepadaku? Aku sudah berusaha untuk menghindarinya, tetapi mengapa dia selalu muncul di hadapanku?
 
Bukan suatu kebetulan kalau aku bertemu dia lagi. Aku percaya semuanya sudah Kau atur. Semuanya sudah sesuai dengan jalan nya takdir.
 
Tadi pagi di pertigaan Podomoro aku melihat Hyundainya lewat. Hampir saja menyerempetku yang sedang berjalan. Aku memang salah tidak berjalan di trotoar, tapi ya memang keadaan trotoarnya yang rusak jadi terpaksa aku berjalan di aspal.
 
Kenapa ya dia tuh selalu ngebut kalau mengemudikan mobil? Heran dech. Setelah belok aku lihat seorang cowok keluar dari mobilnya. Tanpaknya itu adalah pacarnya yang pernah aku lihat tempo hari di MKG. Ternyata pacarnya sama denganku berkacamata. Kelihatannya dia bekerja di gedung Toyota Astra. Aku lihat plat nomor mobilnya hanya sekedar untuk memastikan. Yup memang betul itu mobil dia. Aku gak akan pernah lupa.
 
Sepertinya dia juga menyadari barusan hampir menyerempetku. Mobilnya buru-buru melaju setelah cowok itu keluar. Malah temen dia yang duduk di jok belakang mau pindah ke depan saja dia larang. Tapi gak tau juga sih, mungkin itu hanya perasaanku saja.
 
Jangankan melihat dirinya, melihat mobilnya pun sudah bisa membuatku mengingat lagi dia dan kejadian yang berlangsung akhir-akhir ini.
 
Tadinya aku tidak akan mengisi lagi blog ini. Tapi apa daya, memang cerita ini harus berlanjut mungkin. Tak apalah kalau memang semua ini telah di atur oleh-Nya.
 
Liza...
 
***

Monday, November 06, 2006

Senin 06 November 2006

Orang bilang cinta itu datang dari mata lalu turun ke hati. Pertama aku melihatmu biasa saja. Lama kelamaan baru turun ke hati sehingga menimbulkan rasa suka.
 
Jadi...
 
Aku melihatmu. Aku memperhatikanmu. Aku mulai menyukaimu. Aku mengenalmu. Aku semakin menyukaimu.
 
Apabila aku tidak melihatmu, mungkin...
 
Aku tidak akan memperhatikanmu, aku tidak akan menyukaimu, aku tidak akan mengenalmu, aku tidak akan semakin menyukaimu.
 
Ternyata kamu sudah ada yang punya.
 
Jadi aku putuskan...
 
Tidak akan melihatmu, tidak akan menghubungimu, tidak akan memperhatikanmu.
 
Semoga saja aku...
 
Mulai tidak mengenalmu, mulai tidak memperhatikanmu, tidak akan semakin menyukaimu.
 
Dan mudah-mudahan...
 
Aku bisa melupakanmu.
 
Elisa... aku tutup lembaran cerita ini. Akan kah lembaran ini aku isi kembali? Entahlah... hanya waktu yang bisa menjawabnya.
 
***

Tuesday, October 31, 2006

Update

Lagi update kisah yang lain.
Cerita Elisa di tunda dulu ya...
 
***

Thursday, October 19, 2006

Kamis 19 Oktober 2006

Elisa.... sebetulnya aku tidak ingin melihatmu. Tetapi kenapa kau biarkan dirimu menampakkan diri di hadapanku? Aku tahu itu bukan salahmu, tetapi kenapa di saat diri ini mulai bisa mengendalikan perasaanku malah kau hadir seperti memanggil-manggil diriku. Aku tak kuasa menahan perasaan ketika mata kita saling bertemu untuk yang kesekian kalinya.
 
Aku tidak tahan lagi Elisa... aku ingin mendekatimu. Aku ingin menyapamu. Aku ingin berdua denganmu. Ingin memelukmu. Ingin memilikimu. Ingin menyentuhmu. Menyentuh perasaan hatimu yang paling dalam.
 
Harapan tinggal harapan. Impian yang selama ini kudambakan. Setiap malam yang kusebut hanya namamu. Seolah tiada lagi yang lain. Seolah semua gadis hanya penghias dirimu saja. Kau yang utama. Kau yang terindah. Tiada keindahan yang menandingi dirimu. Tiada bintang yang melebihi sinarmu.
 
Ataukah aku yang terlalu tergila-gila padamu? Tergila-gila pada mimpi yang tak berujung. Mimpi yang membuatku seolah tidak ingin bangun dari tidur.
 
Dia bukan untukmu. Dia bukan untukmu. Dia bukan orang yang boleh kamu miliki. Cari yang lain. Miliki yang lain. Itu yang selalu kudengar. Itu yang selalu aku dapatkan. Tergambar dengan jelas suratan itu. Seperti tembok yang selalu menghalangiku. Tembok yang terlalu tinggi untuk dapat aku naiki. Tembok yang tidak bisa aku jebol hanya dengan kekuatan cintaku.
 
Cinta??? Apakah aku layak mencintaimu. Apakah ada rasa cinta itu? Kalaupun ada apakah cintaku cukup pantas untuk aku persembahkan padamu? Dirimu yang jauh dari genggamanku, bisakah aku raih?
 
Aku tidak mampu lagi menahan semua ini. Aku tidak kuasa lagi menahan gejolak hatiku. Aku tidak mau mendekatimu. Tapi aku ingin menyentuhmu. Aku tidak boleh memilikimu. Tapi aku ingin selalu dekat denganmu.
 
Bisakah tembok itu aku lalui? Sementara pintu yang ada di tembok terkunci oleh norma dan aturan? Haruskah aku mendobraknya secara paksa? ataukah aku menyerah saja pada nasib?
 
Aku tidak kuat lagi...
 
***

Saturday, October 14, 2006

Sabtu 14 Oktober 2006

Elisa.... aku kangen sama kamu. (Emang gue pikirin)
Malam minggu aku mau kerumah ya... (Terserah)
Kamu ada yang ngapelin nggak? (Emang kenapa!!!)
Aku kan sudah tau rumah kamu. (Bodo amat)
 
You don't know how much a love you (Emang!!!)
Boleh ya kerumah... (Aku mau pergi).
 
Hiks...
Malam minggu sendiri lagi...
 
***
 

Friday, October 13, 2006

Jumat 13 Oktober 2006

Memakai kemeja putih dan memakai rok warna biru muda, aduh cantik sekali kamu. Habislah sudah pahala puasaku hari ini. Aku gak tahan lagi. Aku ingin melihatnya. Lagi, lagi dan lagi. Padahal pada awal puasa kemarin aku sudah bertekad untuk tidak melihatnya dulu. Khawatir mengurangi pahala puasaku.
 
Belum genap seminggu aku merasakan ketenangan bathinku. Tenang seperti air yang mengalir. Sejuk seperti udara pagi hari. Tapi lagi-lagi bayangannya muncul. Mengobrak-abrik isi kepalaku. Merobek-robek isi jantungku. Bayangannya kembali menari-nari dalam benakku. Sampai kapan lagi ini akan terjadi. Sampai aku bisa memilikinya? Akh... bullshit...gak mungkin. Aku terlalu pengecut untuk mendekatinya. Terlalu naif untuk melakukannya. Malah yang parah aku jadi takut untuk bertemu dengannya. Entah kenapa. Harusnya aku tidak begitu ya...
 
Eh... ngomong-ngomong pas bareng dia di lift kemaren aku liat jari kirinya pake cincin seperti cincin kawin. Apa iya dia sudah merried ya...? Tapi kalau sudah merried kenapa dia mau aja ngasih nomor hp sama aku waktu itu(apa iya ngasih no hp segitu spesialnya hehe). Padahal aku kan orang yang baru dikenalnya. Wah...wah tambah mumet aja nih pikiran. Tapi kalaupun iya gak apa-apa juga sih. Bagus juga kalau begitu. Jadi aku gak akan berharap apa-apa lagi darinya.
 
Berharap, berharap dan berharap lah terus. Huh bete.
 
***