Tuesday, September 26, 2006

Selasa 26 September 2006

Mulai hari senin kemarin aku tidak berusaha lagi untuk melihat dia setiap pagi, istirahat siang, ataupun sore sewaktu dia pulang kerja. Pagi hari aku masuk ke ruangan kerjaku dan langsung bekerja. Biasanya aku selalu menyempatkan diri melihat dia dari depan ruangan kantorku. Padahal sekarang jam masuk kantor kami sama yaitu jam delapan pagi. Waktu istirahat siangpun aku tidak berusaha melihat dia. Aku langsung sholat ke lantai empat sementara yang aku tahu dia makan diluar karena memang dia tidak puasa(wong nasrani kok, mana mungkin puasa). Padahal kalau aku mau, aku bisa melihatnya keluar dari ruangan lift sewaktu dia mau keluar makan siang. Tapi itu tidak kulakukan. Sore hari juga begitu. Aku tidak berusaha menunggu dia dulu sebelum pulang. Padahal sekarang jam pulang kami juga sama yaitu jam lima sore. Aku berusaha untuk tidak melihat dia dulu. Selain aku ingin berkonsentrasi beribadah puasa, aku juga ingin melakukan test case terhadap perasaanku apakah dengan tidak melihat dia aku masih mempunyai perasaan terhadap dia. Juga aku mengejar waktu untuk bisa berbuka puasa di tempat kost. Jangan sampai kemaghriban di jalan seperti teman-temanku yang rumahnya jauh seperti bekasi dan cibinong
 
Agak sedikit menurun memang tensi ku kepadanya. Tidak seperti minggu-minggu kemarin yang selalu meletup-letup apabila aku tidak melihat dia sehari saja. Tapi yah... memang yang namanya perasaan tidak bisa dibohongi. Waktu kembali berada dalam kesendirian  (di kamar kost) selalu terbayang-bayang dirinya walaupun sekarang sudah mulai agak bisa aku kendalikan. Akupun selalu berdoa kepada 4JJI agar aku selalu dikuatkan dalam menjalankan ibadahku sejauh ini. Aku lebih berserah diri sekarang. Aku menyerahkan semua ini kepada-Nya. Apabila memang perasaan ini akan tinggal terus di hatiku aku rela menerimanya. Biarlah kerinduan ini tetap ada walaupun tak berbalas. Biarlah rasa ini tetap hadir walaupun dia tidak mengetahuinya.
 
Ternyata merindu itu indah juga.
 
***

Monday, September 25, 2006

Sabtu 23 September 2006

Aku merasa jadi manusia paling bodoh dan bego sedunia!!!
 
Betapa tidak, kemarin malam aku mendapat jawaban yang tak di sangka-sangka dari dia. The Unexpected answer. Rencana kemarin siang sih aku ingin menemuinya setelah pulang kerja. Tapi aku urungkan niatku untuk melakukannya.
 
Akhirnya aku pulang ke tempat kost ikut dengan temanku naik motor. Setelah aku pikir-pikir mending aku telepon saja dia nanti malam. Siapa tahu dia mau menerima teleponku. Soalnya aku akan memakai nomor baru hehehe. Aku putuskan untuk membeli nomor mentari biar sama dengan yang dia pakai sekarang.
 
Aku sudah bulatkan tekad untuk menerima apa saja yang dia ucapkan kepadaku. Walaupun mungkin jawabannya tidak mengenakan akan aku terima saja. Aku bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Bukan apa-apa, menghadapi bulan Ramadhan ini pikiranku tidak ingin aku penuhi dengan hal-hal semacam ini. Aku ingin berkonsetrasi untuk beribadah. Biarlah kalau memang dia tidak suka, aku akan merelakannya. Selesai sholat aku terus berdoa kepada 4JJI agar diberikan kekuatan dalam menghadapi segala cobaan ini. Aku tahu semuanya ini datang dari-Nya dan hanya kepada-Nya lah aku meminta pertolongan.
 
Selesai sholat isya kebetulan temanku datang ke tempat kost. Sebelum puasa memang diwajibkan untuk saling meminta maaf terlebih dahulu. Lebih-lebih ini adalah hari jumat, hari yang di sunatkan untuk saling bermaaf-maafan. Sambil ngobrol aku memperhatikan jam yang terus berjalan. Aku pikir dia belum pulang kalau jam delapan malam. Karena daerah sana terkenal macet jadi waktu yang tepat mungkin sekitar jam setengah sembilan malam.
 
Waktunya tiba untuk menghubungi di. Aku ganti kartu xl ku dengan mentari yang baru aku beli. Aku tekan nomor telepon dia. Terdengar nada sambung. Akhirnya telepon diangkat.
 
"Halo.... Lisa....". Aku memulai pembicaraan.
"Iya halo.... siapa nih?". Diujung sana menjawab dan langsung balik bertanya. Aku sudah mengenal suara itu.
"Andi...". Aku menjawab. Hening sejenak. Terdengar seperti suara ramai di belakang dia. Sepertinya dia belum sampa rumah.
"Oh.. ada apa?". Dia kembali bertanya.
"Eh.. kamu sudah sampai rumah?". Bukannya menjawab aku malah bertanya.
"Belum... aku lagi jalan". Sudah hampir jam sembilan malam masih jalan... hmm nakal juga nih anak sudah jam segini belum pulang kerumah.
"Aku cuma pengen nanya...". Aku berhenti sejenak.
"Emm... Kamu gak suka ya aku telepon terus dan aku sms terus?". Langsung saja aku tembak dia dengan pertanyaan itu.
"Enggak... enggak apa-apa, biasa aja". Dia menjawab
"Emang kenapa?". Dia balik bertanya. Kata 'kenapa' nya itu diakhiri dengan suara seperti tertawa. Jadi bunyinya seperti 'emang kenhaaaphaaaa'.
"Nggak apa-apa, takutnya kamu nggak suka soalnya aku seperti ngejar-ngejar kamu kesannya". Aku menjelaskan.
"Enggak... enggak apa-apa". Dia kembali menjawab. Uh jawaban yang sangat tidak aku sangka-sangka. Aku jadi Speechless kehilangan kata-kata.
"Oh gitu...". Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
"Emmm... kamu masih lama sampai rumah". Akhirnya aku bertanya lagi.
"Emmm... Iya...". Jawabnya.
"Iya deh kalo gitu, aku cuma pengen nanya itu doang".
"Hati-hati dijalan ya". Aku mengakhiri pembicaraan
"Iya...". Dia menjawab sebelum memutuskan hubungan telepon. Heh.... dia menjawab iya? Apa nggak salah dengar. Biasanya dia mengakhiri telepon dengan kata youuu. Ah biasa aja kali. Mungkin jawaban standar. Tapi aku kepikiran juga.
 
Temanku yang sejak tadi memperhatikan akhirnya mengeluarkan tawanya. Soalnya dia tahu aku sudah despert untuk mendekatinya dan memang dia tahu aku akan meneleponnya malam ini dengan niat untuk menghentikan 'pengejaranku' terhadap dia.
 
Benar-benar Unexpected answer. Jawaban yang tidak disangka-sangka. Tadinya aku pikir dia akan mengatakan kalau memang dia tidak suka kepadaku dan memang merasa terganggu dengan telepon-teleponku. Selesai menelepon aku hanya bisa bengong. Temanku terus tertawa dan setelah puas sambil senyum-senyum akhirnya dia bicara.
 
"Hahaha.... jadi makin penasaran deh hehehe".
"Kok jawabannya begitu ya". Aku bertanya pada diri sendiri.
"Berarti masih ada harapan hehehe". Temanku malah yang menjawab.
"Tapi aku kan mau puasa... aku gak mau terganggu dengan hal-hal  semacam ini".
"Ya udah kalau begitu lupakan saja, jangan diteruskan". Temanku menjawab.
"Tapi bagaimana... aku sulit melupakannya".
"Ya sedikit-sedikit lah". Temanku membesarkan hatiku.
 
Iya juga sih. Aku harus berusaha melupakan dia. Sepertinya dia bukan untukku. Tapi bagaimana dengan perasaanku sekarang. Ah pusing aku. Semakin aku berusaha melupakan dia semakin aku mengingat dia.
 
Pusing...
 
***

Thursday, September 21, 2006

Kamis 21 September 2006

Mau nulis apa ya... bingung nih. Aku gak ketemu dia tadi padi. Mungkin dia kesiangan atau gak masuk kali yah. Aku cek dulu ah.... hyundainya ada gak ya?

Wednesday, September 20, 2006

Rabu 20 September Siang

Elisa...
Kenapa perasaanku padamu menjadi semakin besar? Tidak biasanya seperti ini. Aku gelisah sekarang. Padahal aku sudah berjanji waktu Ramadhan tiba nanti aku ingin berkonsentrasi menjalankan ibadah puasa. Dengan kondisi seperti ini mana bisa aku berkonsentrasi. Mana bisa aku khusuk beribadah kalau suasana hatiku seperti ini. Apakah ini adalah cobaan yang diberikan 4JJI kepadaku? Supaya aku lebih bisa menahan diri? Bisa lebih bersabar dalam menghadapi cobaan? Tapi entahlah apakah aku sanggup melakukannya? Sementara setiap hari aku selalu bertemu dengan dia.
 
What should I do?
 
Waktu makan siang tadi aku ketemu kamu lagi. Oh my god.... kenapa kamu selalu terlihat cantik Lisa... Kenapa perasaanku tidak karuan kalau melihat kamu? Kamu seperti mengeluarkan magnet yang luar biasa besar kepadaku. Hatiku seperti ditarik-tarik oleh kekuatan yang maha dahsyat. Kamu sudah mencuri hatiku. Kamu sudah merobek-robek hatiku. Kamu sudah memecahkan jendela hatiku sampai berkeping-keping.
 
Kapankah pintu hatimu akan kau buka?
 
***

Rabu 20 September 2006

Sudah dua bulan ini aku berusaha mendekatinya. Tapi belum juga berhasil. Apakah aku terlalu cepat mengambil keputusan? Dalam kurun waktu begitu cepat aku sudah memberikan perhatian yang begitu berlebihan kepada dia. Misalnya selalu mencegatnya di tempat parkir. Tapi semenjak dia kelihatan agak sedikit kesal kepadaku aku sudah tidak melakukannya. Kalau pagi-pagi melihat dia datang masih aku lakukan sampai sekarang karena tidak memerlukan ijin dulu dari dia. Aku bisa melakukannya dengan leluasa. Tapi mungkin yang paling mengejutkan adalah pemberian bunga yang aku lakukan tempo hari. Aku rasa dia juga kaget menerimanya. Mungkin dia tidak menyangka aku akan melakukan itu.
 
Ada sensasi tersendiri ketika aku berusaha mendekati dia, kalau boleh dikatakan demikian. Selalu saja ada hal yang baru ketika aku mendekatinya. Walaupun tidak semua usahaku berhasil. Aku tetap berusaha untuk mendekatinya. Entah mengapa walau aku belum berhasil aku tetap ingin mendekatinya. aku memang penasaran sebelum bisa menaklukan hatinya. Atau apakah aku sebetulnya terobsesi untuk memilikinya? Aku sendiri juga tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
 
Bukan salahku kalau aku memang jadi penasaran kepadanya. Ingin terus mendekatinya. Kamu sendiri yang salah Lisa..... Lho kok bisa? Coba kalau sikapmu tidak seperti itu, aku pasti bisa mengambil keputusan. Terus mendekatimu atau berhenti sama sekali untuk mendekatimu. Aku tanya kamu jawabannya tidak jelas. Aku telepon kamu tidak pernah diangkat. Aku sms kamu tidak pernah di jawab. Mau bagaimana lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap berusaha mendekatimu. Lain ceritanya kalau kamu jawab teleponku atau balas sms ku, walaupun dengan jawaban yang tidak pernah aku inginkan. Misalnya kamu bilang tidak suka kepadaku. Aku akan benar-benar mundur dan berhenti untuk mendekatimu.
 
Aku benar-benar suka sama kamu Elisa.... Bayanganmu selalu menari-nari di dalam pikiranku. Tidak bisa berhenti sama sekali.
 
Sensasi itu memang ada apabila kita sedang berusaha mendekati seorang cewek. Apalagi cewek tersebut memang benar-benar kita sukai. Sepanjang pengalamanku sensasi tersebut akan hilang apabila terjadi dua hal. Satu kita ditolak mentah-mentah oleh cewek incaran kita. Dan yang kedua apabila kita diterima dengan baik oleh cewek tersebut. Jadi setelah itu tidak ada lagi sensasi yang kita dapat. Apakah itu yang dinamakan laki-laki playboy? Ah nggak juga. Kalau memang sensasi itu hilang kan bisa berganti dengan rasa sayang atau rasa cinta ketika kita berdekatan dengan dia. Dan kita tidak berusaha mencari cewek lain alias sensasi lain. Betul tidak?
 
Obsesi, sensasi, penasaran, kangen, semuanya campur aduk jadi satu. Akhirnya aku jadi pusing...
 
Elisa... Aku suka banget sama kamu.
 
***

Tuesday, September 19, 2006

Selasa 19 September 2006

Entah apalagi yang harus kutulis. Aku sudah kehabisan kata untuk mengungkapkan perasaan ini. Setiap hari hanya itu saja yang aku pikirkan. Makan selalu gak enak tidur pun tak nyenyak. Entah cara apalagi yang harus aku pakai untuk mendekatinya. Aku tidak mau main kasar, itu bukan gayaku. Teman-temanku bilang kalau aku terlalu lembut dalam mendekati wanita. Tapi mau bagaimana lagi, caraku memang seperti ini.

Sebetulnya wanita yang ada dalam hidupku sekarang bukan hanya dia. Ada yang sudah bersedia di ajak menikah. Ada yang dengan terang-terangan menyatakan suka kepadaku. Ada yang dalam tahap pendekatan. Tapi aku hanya suka kepada kamu Elisa. Bukan kepada orang lain. Tapi mengapa orang yang aku suka tidak menunjukkan respon? Ah... pusing kalau aku terus menerus memikirkan hal ini. Sedih..... tidak juga. Masih banyak keceriaan disekitarku.

Setiap hari yang ada dipikiranku hanya kamu, kamu dan kamu Elisa. Dari pagi sampai malam. Dari bangun tidur sampai aku menjelang tidur bayanganmu tidak juga mau pergi dari ingatanku. Huh... gila memang kalau aku terus menerus seperti ini. Setidak nya balas lah sms ku atau angkat teleponku. Ini sama sekali tidak. Bahkan kamu terkesan cuek kepadaku.

Sudah dua minggu ini aku tidak berusaha untuk menelepon dia ataupun menigirimkan sms kepadanya. Baru tadi malam aku beranikan diri untuk melakukannya. Aku sudah tidak tahan terus begini. Aku ingin tahu isi hatinya. Apakah memang dia tidak suka kepadaku? Atau masih memikirkan yang lain.

Elisa... Kapan akan kau buka hatimu untukku? Kamu tidak pernah tahu betapa besar rasaku padamu.

Elisa... Aku suka kamu.
***

Saturday, September 16, 2006

Sabtu 16 September 2006

Elisa..... apa sih yang engkau takutkan dari diriku? Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat. Jumat kemarin aku ketemu kamu lagi di kantin lantai empat. Masih terlihat cantik seperti biasa.
 
Tapi ada yang tidak biasa. Selesai aku sholat jumat biasanya tidak ada karyawan lantai dua yang masih makan di kantin. Ternyata kamu masih ada di sana. Kamu sedang makan. Apakah kamu membiarkan diriku melihatmu lagi? Membiarkan diriku terluka lagi? Membiarkan diriku sakit memandangmu? Aku tahu kamu tidak salah. Bukan kamu yang memberikan rasa ini. Hanya saja semakin kamu diam semakin aku rasa luka ini. Lisa...Lisa.... aku tidak habis pikir. Kenapa aku rindu sama kamu. Padahal bicarapun hanya satu atau dua patah kata saja denganmu. Benar-benar mengherankan. Adakah sesuatu dari dirimu yang tidak bisa aku lupakan? Adakah sesuatu dari dirimu yang membuatku selalu ingat kepadamu? Aku sendiri tidak tahu mengapa. Tolong jelaskan kepadaku apa itu.
 
Sekarang kamu seperti merpati. Aku lihat dari kejauhan kamu diam. Tetapi ketika aku dekati kamu menjauh. Membuatku semakin penasaran. Coba kamu bilang kalau kamu tidak suka kepadaku. Aku akan berhenti mendekatimu. Aku akan berhenti menyukaimu. Aku akan berhenti merindukanmu. Aku akan berhenti menulis blog ini. Akan aku tutup blogku ini. Apakah harus aku beritahukan alamat blog ku ini? Ah... rasanya tidak pantas aku melakukannya. Kalau dia tidak suka bisa dimaki-maki aku nanti. Tapi at least say something. Jangan diam kayak patung kalau aku tanya. Jangan lari kalau aku sapa. Sedingin itukah dirimu? Sebeku itukah hatimu? Dengan apa aku harus mencairkannya? Dengan api asmaraku? Bagaimana mungkin. Sedang menyalakannya saja kamu tidak mau. Aku tidak punya pemantiknya. Pemantiknya kamu yang memegang. Begitu pemantiknya kamu nyalakan, api asmaraku akan berkobar dan hatimupun akan mencair.
 
Pokoknya sebelum ramadhan tiba aku harus sudah bisa berbicara lagi dengan nya.
 
Elisa.... semoga saja hatimu tidak sedingin yang aku kira.

Friday, September 15, 2006

Jumat 15 September 2006

Terakhir kali aku menulis hari senin kemarin. Waktu itu perasaanku sudah agak mulai bisa tenang. Aku sudah bisa mengendalikan rasa ini. Tidak meledak-ledak seperti sebelumnya(bom kali meledak). Mungkin berkat doa-doa yang selalu aku panjatkan. Tapi mungkin juga aku jarang bertemu dengan dia, jarang melihat dia dan memang sudah sejak dua minggu yang lalu aku tidak pernah lagi mengirimkan sms ataupun berusaha menelepon dia. Aku ingin menjaga jarak sedikit walaupun rasa penasaran untuk bertemu dan berbicara dengan dia masih ada.
 
Tapi hari ini......
Aku kembali merasakan bahwa rinduku padanya teramat besar untuk dibendung. Perasaanku tidak bisa dibohongi. Aku masih menginginkan dia. Aku masih teramat suka kepadanya. Aku tidak bisa melupakan dia. Apalagi setelah pagi ini aku melihat dia lagi. Ah.... perasaanku kembali seperti semula. Tidak bisa aku pungkiri bahwa aku masih dan mungkin akan terus mempunyai perasaan suka kepadanya.
 
Memakai kemeja putih lengan panjang bercorak garis tipis-tipis dan bercelana panjang warna abu kehitaman, terlihat sangat cantik dan menarik .  Mengapa yang ada di dirinya serba keindahan belaka? Apakah ini yang dinamakan cinta. Ataukah hanya penglihatanku saja? Yang memang sedang tergila-gila kepadanya.
 
Tergila-gila? Ya..... memang aku sangat tergila-gila kepadanya. Sampai kapan bisa aku tahan perasaaan ini? Sedangkan aku akan menghadapai bulan Ramadhan. Aku tidak ingin ibadahku terganggu gara-gara perasaanku kepadanya.
 
Apakah dia tahu perasaanku kepadanya. Seharusnya sih dia tahu. Dari caraku berbicara kepadanya. Dari telepon-teleponku kepadanya. Dari sms-sms yang aku kirimkan kepadanya. Tapi mungkin juga dia tidak perduli. Aku sudah bisa menebak memang. Dia bukanlah tipe cewek manja yang kemana-mana harus diantar mamih. Yang kemana-mana harus diantar cowok. Dia sepertinya tidak butuh pendamping. Atau memang dia sudah punya? Tapi kenapa dia tidak bicara? Seperti yang pernah aku utarakan, apabila dia bicara kepadaku bahwa dia sudah punya pendamping aku akan mundur teratur. Aku tidak akan berusaha mendekatinya lagi.
 
Temanku bilang cewek yang seperti itu sih belum kena batunya. Maksudnya apa ya...? Apakah kena batunya berarti dia jatuh cinta? Hmmm ataukah dia belum mengenal cowok? Aku rasa tidak mungkin. Pergaulan Jakarta begitu bebasnya. Kalau sekedar kenal sama cowok atau jalan sama cowok mungkin dia sering melakukannya. Yang mungkin belum dia rasakan bagaimana rasanya menyukai seseorang tapi orang tersebut tidak mempunyai perasaan kepadanya. Itu mungkin yang dimaksud temanku belum kena batunya.
 
Aku ingin sebelum bulan Ramadhan tiba aku sudah bisa berbicara lagi dengan dia.
 
Elisa..... Aku rindu sama kamu.

Tuesday, September 12, 2006

Senin 11 September 2006

Kamu kok tidak makan hari ini? Aku hanya bisa bertanya dalam hati ketika melihat dia meninggalkan kantin lantai empat. Dia bersama seorang teman wanitanya. Oh ternyata makanannya di bungkus. Baru kali ini aku lihat dia tidak makan di lantai empat. Mungkin karena memang hari ini sepi di kantin. Biasanya memang hari senin karyawan lantai dua jarang ada yang makan di kantin. Yah.... aku jadi tidak bisa berlama-lama melihat dia. Aku hanya bisa melihatnya turun ke lantai dua bersama temannya. Eh.. ternyata dia lewat di belakang kursiku toh.... kalau tahu begitu aku halangi dia hehehe.....
 
Ada cerita menarik mengenai perjalananku untuk mengetahui rumahnya. Empat hari, coba bayangkan. Empat hari yang melelahkan. Tadinya aku berencana sehari saja untuk mengetahui rumahnya jadi molor sampai empat hari.
 
Aku memang sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari. Tapi berhubung aku tidak punya kendaraan rencana ini belum sempat aku realisasikan. Baru setelah ada temanku yang mau menemaniku aku bisa melaksanakan rencana ini. Temanku ini mempunya motor. Jadi lebih enak apabila melakukan pencarian. Aku berencana membuntutinya mulai dari kantor sampai kelapa gading.
 
*Hari pertama Selasa 05 September 2005
Aku sudah bersiap-siap dengan jaket, masker dan helm. Temanku sudah menunggu di atas motornya. Waktu sudah menunjukkan jam lima lewat sepuluh. Elisa sudah turun dari lantai dua. Dia masuk ke dalam mobil dan mulai keluar dari lingkungan kantor. Aku sudah naik ke atas motor temanku. Kami langsung berangkat bergegas menyusul hyundai nya. Dalam pembuntutan ku ini sengaja aku menggunakan masker dan jaket hitam supaya dia tidak curiga. Karena mungkin saja dia mengenali sosok aku. Di perempatan pertama terjadi kemacetan. mobilnya berhenti sementara aku sudah semakin dekat dengan mobilnya. Terpaksa aku membelokkan motor ke sebelah kiri. Aku bilang ke temanku untuk mengambil jalan kiri saja nanti setelah sampai di danau kita cegat dia. Akhirnya kami menyusuri jalan dalam sunter sampai di depan danau. Disitu kami menunggu mobilnya lewat. Setelah sepuluh menit berlalu kami masih menunggu. Hyundainya belum lewat juga. Mungkin dia masih terjebak macet di perempatan tadi dan mungkin juga berhenti di lampu merah perempatan kedua. Tetapi tunggu punya tunggu yang aku nantikan belum muncul juga. Sudah dua puluh menit berlalu dan hyundainya belum terlihat juga. Akhirnya aku dan temnaku mengambil kesimpulan kalau dia memang sudah lewat didepan kami, padahal seingatku tidak ada hyundai yang lewat dan tidak ada satu mobilpun yang lewat dari pengamatannku. Aku akhirnya pulang dengan tangan hampa. Hari pertama gagal total.*
 
*Hari kedua Rabu 06 September 2006
Aku sudah berada di atas motor berdua temanku. Aku dibonceng di belakang. Temanku yang bawa sementara aku hanya mengarahkan saja. Aku tidak boleh kehilangan jejak lagi kali ini. Aku sudah membuntutinya sejak keluar dari kantor tadi. Perempatan pertama sudah lewat begitupun dengan perempatan kedua sebelum menuju ke daerah danau sunter. Aku berhasil membututinya sampai di pertigaan SMR. Di jalan Yos Sudarso menuju kearah putaran di depan Mall Artha Gading mobilnya langsung masuk dari jalur kiri. Padahal sepengetahuanku di daerah itu mobil yang diperbolehkan belok hanya pada lajur satu dan dua sementara dia berada di jalur tiga. Gile juga nih cewek dia langsung putar balik dengan tenangnya dari jalur tiga. Wah aku harus cepat-cepat nih. Kalau tidak bisa kehilangan jejak seperti kemarin. Temanku memacu motornya dan beberapa saat kemudian aku sudah bisa mengejarnya. Dia sudah belok menuju ke daerah Kelapa Gading. Seperti yang telah aku perkirakan dia akan masuk ke daerah ini. Mobilnya terus melaju menuju ke arah bunderan Boulevard Kelapa gading. Disini mobilnya agak sedikit melambat karena memang putaran ini penuh dengan kendaraan yang akan memutar kesegala arah. Baik itu ke arah Mall Kelapa Gadig, Arah Pulomas maupun yang kearah Pulogadung. Aku lihat mobilnya ternyata menuju ke arah Pulomas. Oh berarti rumahnya di sekitar Boulevard Raya. Sampai disini mobilnya melaju kencang. Aku dan temanku tetap mengikuti dari belakang. Sampai akhirnya kami melalui perempatan pulomas. Lho kok mobilnya hilang? aku memutar balik kembali kearah kelapa gading. Tetap mobilnya tidak kelihatan. Aduh kehilangan jejak lagi nih. Tapi aku sudah bisa menyimpulkan bahwa rumahnya ada di sekitar boulevard raya yang menuju ke arah pulomas. Hari kedua gagal lagi*
 
*Hari ketiga Kamis 07 September 2006
Aku menunggu cukup lama di kantor. Dia belum turun juga. Aku menunggu di luar kantor. Kebetulan di sana ada warung rokok, jadi aku bisa memperhatikan mobil yang keluar masuk kantorku dengan leluasa tanpa takut kelihatan. Jam setengah enam baru aku lihat mobilnya keluar kantor. Aku tunggu sampai mobilnya lewat. Setelah lewat baru aku dan temanku bergegas mengikutinya. Aku tidak ingin kehilangan jejak kali ini. Aku harus berhasil. Aku lihat mobilnya sudah melewati lampu merah. Temanku memacu motornya sekencang mungkin, karena memang aku lihat dia sudah melarikan mobilnya seakan tahu bahwa dia sedang di ikuti. Padahal aku yakin dia tidak tahu. Memang dia nya saja yang mengendarai mobil dengan kencang. Daerah danau sunter sudah aku lewati begitupun dengan pom bensin sunter. Sampai di lampu merah yang menuju ke SMR mobilnya berhenti melaju karena terjebak kemacetan. Aku menyusuri jalan sebelah kiri yang biasanya dilewati pengendara motor. Hampir aku melewati mobilnya. Segera aku bicara kapada temanku untuk menepi. Tapi apa mau dikata, dibelakang sudah berbunyi klakson dari motor yang lain. Terpaksa aku terus melaju melewati mobilnya. Aku menyembunyikan mukaku disamping temanku. Semoga saja dia tidak memperhatikan. Aku berhenti di lampu merah. Tidak lama kemudian lampu sudah berubah hijau. Aku dan temankupun melaju. Hyundainya aku perhatikan masih ada jauh dibelakang lampu merah. Akhirnya aku putuskan untuk menunggu hyundainya lewat di depan SMR. Kami menepi dan parkir di atas trotoar. Waktu sudah menunjukkan jam enam kurang lima menit. Hari sudah mulai gelap. Aku menunggu hyudainya lewat. Satu persatu mobil yang lewat tidak lepas dari pandanganku. Namun setelah lewat setengah tujuh malam htundainya belum lewat juga. Wah jangan-jangan aku kehilangan jejak lagi nih. Gawat kalau terus-terusan begini. Sudah jam tujuh kurang seperempat aku masih menuggu di depan SMR. Kalau dia terjebak macet tidak mungkin selama ini. Berarti memang aku kehilangan jejak lagi hari ini. Akhirnya aku dan temanku memutuskan untuk pulang dan besok aku berencana melakukan pelacakan lagi.
 
*Hari keempat Jumat 08 September 2006
Hari ini aku tidak boleh gagal lagi. Aku harus berhasil mengetahui rumahnya. Hari jumat aku pulang jam lima sore. Jadi jarak antara keluar kantorku dengan dia tidak terlalu lama. Aku menunggu di dalam kantorku. Hari sudah mulai gelap tapi yang aku tunggu belum juga kelihatan keluar dari dalam lift. Aku sengaja menghadap ke arah ruangan lift sehingga orang yang keluar masuk bisa aku perhatikan. Sampai jam setengah enam lewat belum juga ada tanda-tanda kalau dia sudah turun. Jam enam kurang sepuluh menit aku baru melihatnya keluar dari dalam lift. Dia bersama teman wanitanya seperti biasa. Aku sudah bersiap-siap dengan temanku. Motor sudah dihidupkan. Hyundainya sudah meluncur keluar kantor. Aku segera mengikutinya dibelakang. Kali ini harus berhasil. Jangan sampai kehilangan jejak lagi. Aku sudah berada dibelakang mobilnya sejak lewat dari lampu merah tadi. Aku sengaja tidak menjaga jarak terlalu jauh karena takut kehilangan jejak seperti kemarin. Sampai keluar Yos Sudarso aku masih bisa melihat hyundainya. Aku terus mengikutinya. Seperti biasa dia masuk dari jalur tiga untuk memutar balik di depan MAG. Aku sudah bisa memastikan dia akan cepat memutar balik dan ternyata dugaanku tidak meleset. Walaupun dalam keadaan macet dia masih bisa masuk dari jalur tiga. Tapi sekarang aku sudah bisa mengikutinya karena sudah tahu arahnya ke bunderan boulevard kelapa gading. Keadaan agak macet. Jadi mobilnya agak sedikit melambat. Sementara aku sudah mencapai bunderan kelapa gading. Akhirnya aku putuskan menunggu setelah bunderan yang menuju ke pulomas. Aku lihat mobilnya lewat. Segera aku mengikutinya. BCA Boulevard sudah lewat. Hmmm dimana ya dia berhenti. Akhirnya satu belokan setelah BCA dia berhenti. Ternyata temannya yang turun. Sementara dia melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian dia membelokkan mobilnya ke sebelah kiri. Disini toh rumahnya. Jalan agak sedikit sempit. aku masih bisa mengikutinya di belakang. Ternyata dia berhenti didepan Swalayan AlfaMart. Hmmm mau belanja dulu barangkali. Aku lewati saja mobilnya. Lebih baik aku menunggu di seberang jalan saja. Kebetulan banyak mobil yang parkir disitu jadi aku dan temanku bisa agak sedikit terlindung. Aku menunggu di sana cukup lama. Kemana dia ya? Jangan-jangan.... Aku melirik ke arah seberang tepat di depan tempatku memarkir motor. Jantungku serasa mau copot. Aku melihat dia sedang makan di sana. Dengan serta merta aku menundukkan kepala takut ketahuan. Dia sedang makan bakso, kalau tidak salah namanya Bakso Solo Mas Leo. Aku perhatikan dia sedang makan sendirian. Dia makan dengan tenangnya. Aduh untung dia tidak melihat ke seberang jalan. Kalau sampai terjadi bisa gawat. Soalnya aku sudah melepas masker dan helm yang aku pakai. Bisa ketahuan kalau aku menguntitnya. Ahirnya aku putuskan untuk menunggunya di seberang Swalayan dimana mobilnya di parkir. Tak lama kemudian aku lihat dia berjalan menuju mobilnya. Tapi dia lewat begitu saja. Ternyata dia menuju ke swalayan dulu mungkin belanja. Beberapa saat kemudian dia sudah menuju ke mobilnya dan membuka bagasi belakang. Ada seorang cowok yang mengantarnya keluar. Oh ternyata karyawan swalayan. Dia membantu mengangkat galon air. Setelah selesai kemudian dia masuk ke dalam mobilnya. Duduk dibelakang kemudi dan mobilnyapun melaju. Aku dan temanku serta merta mengikutinya dari belakang. Aku lihat dia menuju ke arah jalan boulevard kelapa gading lagi. Wah ke jalan besar lagi nih. Berarti rumahnya bukan di daerah sini. Dia hanya mampir untuk makan dan belanja. Tapi aku salah duga. Sebelum masuk ke jalan besar ternyata dia belok kiri. Menyusuri komplek perumahan kelapa gading. Mungkin di sekitar sini rumahnya. Perempatan pertama sudah terlewat. Dia belok kiri di perempatan kedua. Mobilnya tidak terlalu cepat melaju karena sudah masuk daerah pemukiman. Aku memperhatikan dari jarak cukup jauh. Sekitar dua seratus meteran. Temanku sudah mematikan lampu motor agar tidak kelihatan. Aku lihat dia menepikan mobilnya didepan klinik. Kok masuk ke klinik? Apa ada yang sakit? Lama aku memperhatikannya. Dia menyalakan lampu dalam mobilnya. Terlihat dia sedang membereskan sesuatu. Mungkin kunci pengaman mobil. Aku lihat dia keluar dari hyundainya. Berjalan ke arah seberang. Dan kemudian masuk ke sebuah rumah yang pagarnya agak tinggi. Pagarnya terbuat dari baja putih. Oh ternyata itu rumahnya. Sesaat kemudian aku menjalankan motor dengan temanku melewati rumahnya. Agak sepi kelihatannya. Aku tidak melihat dia. Ada dua mobil lagi yang parkir dirumahnya. Satu didalam satu lagi diluar pagar rumahnya. Oh itu alasannya dia parkir di seberang rumahnya. Aku berhenti didepan warung rokok tak jauh dari rumahnya. Sambil melepas lelah aku dan temanku minum teh botol. Ah segar rasanya. Setelah perjalanan panjang mengikutinya akhirnya tujuanku tercapai juga untuk mengetahui rumahnya. Lega rasanya. Aku kemudian ngobrol dengan temanku mengenai penelusuran kami dari mulai kantor sampai di rumahnya. Sesekali kami tertawa mengingat peristiwa tadi. Aku menunggu sampai jam delapan tiba. Aku ingin lihat apakah dia keluar lagi. Tapi setelah ditunggu cukup lama dia tidak nampak keluar rumah lagi. Aku hanya melihat ada yang menuju mobilnya. Mungkin untuk mengambil belanjaan yang tadi. Tapi yang pasti itu bukan dia, mungkin pembantunya. Ya sudah aku putuskan untuk melewati rumahnya lagi dan langsung pulang. Aku lihat pintu rumahnya agak sedikit terbuka. Kalau tidak salah lihat warnanya biru muda. Tapi aku agak sangsi dengan penglihatannku soalnya agak gelap. Aku tidak bisa melihat nomor rumahnya. Hanya telihat ada lambang RCTI didepan tembok pagar rumahnya. Akhirnya aku meninggalkan rumahnya menuju kembali ke arah jalan boulevard kelapa gading. Aku ingin tahu arah masuknya ke rumah dia. Sampai di depan jalan ternyata aku mengenal daerah ini. Aku sudah pernah makan dengan temanku di daerah sini. Dan ciri yang paling aku ingat adalah di belokan ke rumahnya ada tempat karaoke. Hmmm ini petunjuknya kalau lain kali aku ke rumah dia. Selesai sudah pencarianku hari ini. Dan hasilnya sangat memuaskan. Aku sudah mengetahui rumahnya. Langkah selanjutnya akan aku pikirkan nanti. Aku cape, ingin segera pulang ke tempat kost. Ingin makan, mandi dan tidur. ***

Friday, September 08, 2006

Jumat 08 September 2006

Aku tidak mengharapkan hal ini terjadi. Aku tidak punya kuasa sedikitpun akan perasaan yang hinggap di hatiku sekarang. Semuanya terjadi begitu saja. Tanpa bisa kucegah. Tanpa bisa kuhindari. Bukan salahku aku punya perasaan kepadamu. Bukan salahmu juga kalau ternyata kamu tidak mempunyai perasaan kepadaku. Tapi setidaknya katakan 'tidak' pada diriku. Jangan bersikap seperti memusuhiku. Apa salahku? Apakah salah aku suka sama kamu?
 
Aku sebenarnya tidak ingin berlarut-larut dalam perasaan ini. Tapi mau bagaimana lagi. Semuanya tidak bisa aku bendung. Rasa suka itu. Rasa rindu itu. Tidak bisa jauh dariku. Hari rabu kemarin aku menemuimu di tempat parkir. Aku tadinya ingin bebicara kepadamu. Ingin menanyakan sesuatu. Sesuatu yang selama ini selalu menjadi ganjalan dalam hatiku. Tapi apa yang aku dapatkan? sikap acuh tak acuh darimu. sikap yang tidak besahabat darimu. Sikap yang selama ini aku takutkan.
 
"Hai Lisa.....". Aku mencoba menyapanya
"Apa kabar?". Dia menolehku. Mencoba untuk tersenyum. Tetapi yang aku lihat hanya lirikan biasa saja. Seperti tidak bersemangat.
"Baik....". Dia menjawab singkat sambil terus berjalan ke hyundainya.
"Aku sms kamu tidak pernah di jawab?". Aku kembali bertanya. Dia hanya diam saja dan kemudian masuk ke belakang kemudi hyundainya. Dia mengatakan sesuatu tapi aku tidak begitu jelas mendengarnya. Yang aku dengar:
"Entar aja, entar aja". Dan diapun menutup pintu mobilnya. Ya sudah akupun berlalu meninggalkannya.
 
Sesuatu yang benar-benar tidak aku harapkan. Hatiku ingin merasa sakit tapi aku tidak boleh merasakannya. Aku lelaki. Kalau ditolak oleh wanita aku harus menerimanya. Aku harus tegar. Kalau aku berani menyukai dia berarti aku juga harus berani menerima resiko bahwa aku ditolak oleh dia.
 
Apakah itu akan membuatku tidak bersemangat lagi untuk mendekatinya? ah tidak. Yang jelas dia belum mengatakan tidak kepadaku. Aku belum akan berhenti mendekatinya. Aku akan terus maju.
 
Elisa...... aku semakin suka kepadamu. Walaupun kamu bersikap seperti itu aku tetap suka kepadamu.
 
***

Wednesday, September 06, 2006

Rabu 06 September 2006

Lisa...... Aku kangen kamu
Lisa...... Aku suka kamu
Lisa...... Aku ingin kamu
 
Kapan kita bisa jalan bareng
Kapan kita bisa berbincang berdua
Kapan kita bisa berbagi rasa
 
Tanya dong sama dia
Ajak bicara dong dia
Jangan hanya diam menunggu
 
Mau nunggu durian runtuh
Mau nunggu hujan datang dari langit
Mau nunggu sampai kiamat
 
Tapi teleponku tidak pernah diangkat
Tapi sms ku tidak pernah di balas
Tapi kesempatan tidak pernah datang
 
Telepon terus sampai dia bosan
Sms terus sampai dia membalas
Kesempatan harus dibuat jangan ditunggu
 
Tapi waktunya belum ada
Tapi tempatnya belum memungkinkan
Tapi aku masih ragu-ragu
 
Waktu untukmu sangat banyak
Tempat untukmu sangat luas
Kalau masih ragu-ragu tak kan selesai
 
Tapi aku takut
Takut dia tidak menerimaku
Takut dia bersikap acuh
 
Kalau takut jangan mencintai
Kalau tidak ingin sakit hati jangan mengasihi
Kalau terlalu banyak pertimbangan jangan merindu
 
Kamu siapa sih?
Tega-teganya bicara begitu
 
Aku suara hati kamu
Yang dari pertama sudah menasehati kamu
Yang dari pertama sudah memperingatkan kamu
 
Kamu adalah seorang laki-laki
Kamu sudah dewasa
Usiamu sudah cukup matang
 
Kalau ditolak oleh perempuan itu biasa
Jangan mau mencintai kalau takut sakit hati
Kalau dia belum membuka hatinya berusahalah terus
 
Jangan terhalang oleh rasa malu
Apakah menyayangi seseorang kamu merasa malu
Apakah mencintai seseorang kamu merasa malu
 
Perasaan kamu harus di ungkapkan apapun resikonya
Kalaupun ditolak kamu sudah tahu jawabannya
Jadi tidak akan penasaran lagi
 
Tapi aku sudah mengungkapkan isi hatiku lewat sms
 
Itu belum cukup
Siapa tahu sms kamu langsung dihapus
Kamu harus berbicara langsung
Sehingga langsung tahu jawabannya
Jangan hanya menunggu
Walaupun pahit yang harus kamu terima
Paling tidak kamu sudah tidak penasaran lagi
Kecuali kalau jawabannya menggantung
Kamu harus terus mengejar dia
Sampai dia mengataka Iya kepadamu
 
Oh begitu ya....
Ok deh kalau begitu aku akan melaksanakannya
 
Nah begitu dong
Teruslah berusaha dan tetap semangat
 
***

Monday, September 04, 2006

Senin 04 September Siang

Hari ini aku makan terlambat. Wah gak bisa lihat dia nih. Pasti dia sudah turun ke lantai dua. Aku bergegas naik ke lantai empat dimana kantin berada. Waktu sudah menunjukkan jam setengah satu lewat. Mudah-mudahan dia masih ada.
 
Ketika menginjakkan kaki ke kantin aku masih bisa melihatnya. Sepertinya dia sudah selesai makan dan bersiap-siap untuk turun ke bawah. Ketika aku menuju ke meja tempat makanan berada dia mulai beranjak dari tempat duduknya. Wah bukan jodohnya kali. Padahal kalau aku sedikit lagi terlambat pasti aku bisa bertemu dengan dia di depan lift atau paling tidak di tangga sehingga aku bisa menyapanya. Aku hanya bisa melihat dia berjalan ke arah tangga keluar kantin dan akhirnya menghilang turun ke bawah.
 
Aku melihat dia seperti berada jauh di depanku. Jauh untuk di raih. Jauh untuk di gapai. Apakah memang begitu kenyataannya? Tapi sesuai dengan janjiku kemarin, aku akan tetap mengejarnya walau harus membutuhkan waktu yang lama.
 
Rinduku-rinduku, kenapa rasa ini tetap ada. Terus hinggap di hatiku dan tidak pernah pergi meninggalkanku. Apakah aku mencintainya? Ah terlalu dini untuk mengungkapkannya. Aku selalu menampik kalau aku mencintainya. Memang aku suka kepadanya tapi untuk urusan cinta aku harus berpikir dulu masak-masak. Aku belum tahu siapa dia. Aku belum mendalami isi hatinya. Bagaimana karakternya. Bagaimana sifatnya. Walaupun memang aku benar-benar menginginkannya. Aku tidak munafik aku memang terlewat suka kepadanya. Entah kenapa rasa ini tiba-tiba hadir kembali dalam hidupku.
 
Apakah ada sesuatu dalam dirinya yang membuat aku jatuh hati? Yang membuat aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Yang membuat aku tidak bisa berhenti merindukannya? Atau apakah dia itu merupakan reinkarnasi dari seseorang? Seseorang yang dulu sekali amat aku rindukan? Tapi kalau memang begitu siapa? Siapa yang dulu sangat aku rindukan? Yang dulu juga merindukanku? Dan sekarang hadir dalam bentuk lain? Mungkin untuk membalas sakit hatinya? Atau untuk mengulang cerita lama?
 
Membalas sakit hati........
Dulu sekali memang aku akui pernah meninggalkan seseorang. Seseorang yang aku rasa sangat menyayangiku. Tapi aku tidak kuasa menolak kenyataan. Kenyataan hidup. Dia adalah adik dari temanku. Teman baikku. Namanya Maharani. Aku biasa memanggilnya Rani. Selain itu dia juga di sukai oleh teman baikku yang lain. Dilema menghantui aku waktu itu. Apakah akan aku teruskan kisah itu atau tidak. Tapi pada akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri saja kisah itu. Meninggalkannya tanpa penjelasan apapun. Meninggalkan luka hati yang teramat dalam.
 
Kalau dilihat memang sepintas ada kemiripan dalam perawakan dan raut wajah. Perawakan Rani sama persis dengan perawakan Lisa. Kecil mungil. Raut wajah juga tidak jauh berbeda. Aku sulit untuk menggambarkannya. Yang jelas raut wajah, bentuk bibir dan pipinya hampir mirip.
 
Apabila memang dia datang untuk menuntut balas, mengapa sekarang? Mengapa tidak dari dulu? Dalam keyakinanku tidak ada yang namanya reinkarnasi. Tidak ada yang namanya hidup kembali dalam bentuk lain. Yang aku tahu dan dengar dari kakaknya sendiri bahwa Rani sudah hidup bahagia dengan seorang laki-laki yang mencintainya dan sudah mempunyai dua orang buah hati. Memang waktu itu sebelum memutuskan untuk menikah dia pernah memberitahuku bahwa ada seseorang yang ingin mengajaknya menikah tetapi usianya jauh di atas dia dan bukan orang sunda tetapi orang sumatra. Aku sudah merelakannya dan berpesan agar menjaga diri baik-baik. Apabila memang laki-laki itu benar-benar menyayanginya segeralah menikah. Dia mengerti yang aku maksud dan mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya. Pada waktu digelar pesta pernikahan nya aku tidak datang. Aku tidak bisa melihat dia bersanding dengan orang lain. Yah... mungkin hanya sampai disitu perjalanan kisah kami.
 
Yang menjadi perbedaan mendasar adalah bahwa Rani adalah orang muslim sementara Lisa adalah orang keturunan dan beragama kristen. Apakah aku salah menyukai gadis non muslim? Apakah aku salah menyukai gadis keturunan? Apabila memang begitu adanya, kenapa rasa ini hadir? kenapa rasa ini tidak juga beranjak dariku? Kenapa kepadanya? Kalau aku ingat akan hal itu hatiku seperti di iris-iris. Mungkinkah semua itu terjadi? Aku bisa memilikinya sementara dia berbeda denganku? Keluargaku dan saudara-saudaraku adalah pemegang teguh nilai-nilai dan ajaran Islam. Apakah mereka rela melihat anak atau saudaranya bergaul dengan orang non muslim? Terlebih lagi menjadi teman dekat, dengan kata lain pacar?
 
Mengulang cerita lama........
Apabila memang begitu, mengapa sulit sekali meraih hatinya? Atau aku yang kurang berusaha? Mengapa dia membiarkanku dalam perasaan yang sangat menyiksa ini? Mengapa dia tidak pernah mengangkat telepon? Mengapa dia tidak pernah memperdulikan semua sms ku? Apakah dia sedang mempermainkanku? Ataukah dia sedang menguji aku? Atau memang dia tidak perduli kepadaku sehingga tidak menanggapi aku? Padahal tinggal katakan saja 'tidak' kepadaku. Aku akan mundur.
 
Aku jadi ingat syair lagu Ada Band yang selalu ter ngiang-ngiang di telingaku. Judulnya Haruskah kumati.
 
Bagaimana mestinya
Membuatmu jatuh hati kepadaku
T'lah kutuliskan sejuta puisi
Yakinkanmu membalas cintaku
 
Haruskah kumati karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Harus kurelakan hidupku
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku
Hentikan denyut nadi jantungku
Tanpa kau tahu betapa suci hatiku untuk memilikimu
 
Adakah keikhlasan
Dalam palung jiwamu mengetukku
Ajarkanmu bahasa perasaan
Hingga hatimu tak lagi membeku
 
Haruskah kumati karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Harus kurelakan hidupku
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku
Hentikan denyut nadi jantungku
Tanpa kau tahu betapa suci hatiku untuk memilikimu
 
Tiadakah ruang dihatimu untukku
Yang mungkin bisa untukku singgahi
Hanya sekedar penyejuk di saan ku layu
Tuk slalu menantimu hingga akhir masa
 
 
***

Senin 04 September 2006

Hai cantik...... aku lihat lagi kamu hari ini. Memakai kemeja putih bergaris dan memakai rok warna hitam. Ah rindu ini tak pernah pudar. Tolong ceritakan kepadaku. Bagaimana caranya untuk meraih hatimu. Apakah kamu tidak suka kepadaku? Kalau memang tidak suka kenapa kamu tidak bicara kepadaku? Kenapa tidak kau balas semua sms ku? Bilang saja, Aku sudah punya pacar. Atau aku sudah punya suami. Atau yang lebih ekstrim lagi, Aku tidak suka sama kamu. Atau apalah bentuk penolakan dari kamu. Tapi ini.... tidak ada sepatah katapun penolakan yang keluar dari mulut kamu sayang.
 
Asal kamu tahu, semua ini tidak akan membuatku mundur selangkahpun. aku akan terus berusaha. Sebelum kamu bilang tidak, aku tidak akan berhenti.
 
Aku rindu sama kamu. Aku kangen sama kamu. Aku suka sama kamu. Tidak kah kau tahu? Apalagi yang harus aku ungkapakan untuk menyatakan nya? Apakah aku harus bicara terus terang sama kamu kalau aku suka kamu. Aku ingin menjadi kekasihmu. Tapi terlalu dini untuk mengungkapkannya. Aku ingin mengenalmu dulu lebih jauh. Baru aku akan mengungkapkannya kepadamu. Semua perasaan ini. Semua rindu ini.
 
***
 
 

Sabtu 02 September 2006

Sebenarnya aku malas ngeblog hari ini. Pikiranku benar-benar terfokus kepadanya. Hampir saja hari kamis kemarin aku lupa dengan tugas bulanan ku untuk pergi ke bank. Mengambil uang dan transfer sana-sini.
 
Hari itu aku sengaja pergi ke bank sebelum makan siang. Supaya aku bisa berbincang dengannya. Biasanya dia suka duduk sendirian setelah makan siang. jadi agak leluasa. Aku datang dari bank sekitar jam setengah satu. Biasanya dia sudah selesai makan di kantin atas. Aku segera menuju ke lantai empat untuk makan. Aku segera mengambil jatah makan siangku. Aku putar mata sekeliling. Aku tidak menemukan sosoknya. Akhirnya aku duduk di pojok yang bisa melihat keseluruh ruangan. Sambil menyuap nasi aku terus melihat sekeliling mencari-cara dimanakah gerangan dirinya. Lama aku mencari dan ternyata dia duduk agak di bagian luar dan menghadap keluar kantin terhalang oleh beberapa orang temannya. Dia memakai atasan kemeja warna biru muda dan terlihat sedang tertawa bercanda dengan teman-temannya. Lisa...... aku kangen kamu.
 
Aku sudah menyelesaikan makan siangku. Dia juga sepertinya sudah selesai. Satu persatu temannya juga selesai makan dan mulai beranjak dari kursinya masing-masing. Tinggal Dia seoarang yang masih duduk. Apakah dia menungguku? Menunggu orang yang memberikan dia sekuntum mawar putih? Ah geer kamu. Siapa tahu dia sedang menunggu telepon atau memang lagi santai saja. Aku akan mendekatinya. Tapi ah.... dia beranjak dari tempat duduknya setelah menerima telepon di HP nya. Sebelum beranjak dia memandang sekeliling. Seperti ada yang sedang di cari. Mungkinkah aku? Akhirnya matanya menemukan aku. Dia melihat sebentar dan kemudian berjalan menuju ke arah tangga sambil tetap berbicara di HP nya. Yeee kenapa nggak di kejar. Tapi dia kan sedang bicara di HP. Nggak enak ah nanti nanya ini itu. Ya sudah dia turun ke bawah dan aku hanya bisa bengong menatap tubuhnya yang lewat di depanku.
 
Akhirnya aku bergegas ke mushola untuk sholat. Selesai sholat aku langsung turun ke lantai dasar menuju kantorku. Waktu sudah menunjukkan jam satu kurang sepuluh menit. Bisa nggak ya aku menelepon dia. Aku coba menghubungi lewat HP ku. Dua kali nada panggil. dua kali aku pijit nomor yang sama. Tidak diangkat. Ya sudahlah mungkin nanti sore kesempatan untukku datang. Kita lihat saja.
 
***
 
Sore harinya aku benar-benar menunggu dia di depan lift. Di depan ruangan kaca. Aku ingin bicara kepadanya. Walaupun banyak teman-temannya aku tidak perduli. Yang penting bicara dulu. Lama aku menunggu sampai lemas kakiku. Akhirnya jam lima lewat duapuluh dia turun. Tapi ya ampun temannya banyak banget yang jalan bareng sama dia. Ada sekitar empat orang. Cewek semua. Bagaimana ini? Apa aku harus bicara juga. Sedangkan aku lihat gerak-geriknya seperti tidak mau berjalan sendiri. Apa dia takut kepadaku? Aku kan bukan macan, aku jinak kok, nggak gigit hehehe. Seperti tadi juga sewaktu keluar dari lift yang pertama terlihat adalah teman-teman kerjanya. Dia ada di belakang. Dan aku lihat sepertinya dia menunggu dulu teman-temannya keluar. Setelah teman-temannya keluar dan memanggil dia, baru kelihatan dia keluar dari dalam lift. Dan langsung memeluk lengan temannya seperti tidak mau berjalan sendiri. Aku jadi nggak enak untuk bicara kepadanya. Aku hanya bisa berjalan dibelakangnya. Setelah berada di depan pos satpam baru dia melepaskan pelukan tangan temannya. Dia mengambil kunci mobil yang di titipkan di satpam. kesempatan ku nih. Aku langsung mendekatinya dan berbicara.
 
"Lisa.... tadi pagi sudah terima...?". Aku mencoba bertanya. Sengaja aku tidak menyebutkan sesuatu yang aku tinggalkan di mejanya tadi pagi. Banyak orang. Malu kalau nanti mereka mendengar aku memberinya bunga.
 
"Sudah......". Dia menjawab singkat dan segera berlalu dari hadapanku. Dia langsung menuju temannya yang tadi dan dengan segera memeluk lengan temannya tersebut setengah menyeret menuju ke arah hyundainya. Temannya juga agak sedikit heran dengan kelakuannya. Dia seperti berkata ada apa. Tapi aku tidak sempat mendengar karena jaraknya cukup jauh.
 
Lisa sayang.... kenapa sih kamu? Apa kamu jengah melihatku? Takut kalau aku memaksa? Padahal itu juga kalau kamu mau dan ada waktu. aku tidak akan memaksa seandainya kamu tidak mau. Aku jadi gemas di buatnya. Semakin penasaran saja kepadanya. Aku akhirnya duduk di depan pos satpam. Tak lama kemudian hyundainya lewat. Aku melihat dia. Menatap matanya. Dia hanya melihat lurus kedepan. Ingin aku mengejarnya, mencegatnya di jalan. Tapi ya sudahlah. Aku akan sabar menunggu. Kalau memang dia belum membuka hatinya. Aku akan setia menunggu.
 
Akhirnya aku pulang ke tempat kost dengan tubuh lunglai. Tapi aku benar-benar penasaran. Gemas hatiku. Geregetan. Aku akan terus mengejar kamu Lisa. Sampai kapanpun. Aku rasa ini sudah menjadi sebuah obsesi. Sebuah target. Sebuah cita-cita. Sebuah tujuan. Untuk bisa mendapatkannya. Menaklukan hatinya.
 
***
 
Hari jumat aku bertemu dia sewaktu dia baru datang. Aku melihatnya memakai kemeja lengan panjang bergaris merah. Dia hanya menatapku sekilas. Kemudian masuk ke ruangan lift. Aku memanggil namanya tapi tidak terlalu keras sehingg kurang terdengar. Dan aku juga tidak berniat untuk memanggilnya. Hanya sedikit bergumam saja. Biarlah yang penting bungaku sudah sampai kepadanya.
 
Siang harinya aku tidak bisa melihat dia di ruang kantin karena memang aku sholat jumat dulu sehingga aku agak siang masuk ke ruang kantin. Suasana di kantin sudah lengang dan akhirnya aku makan seperti biasa. Bersama dengan teman-teman kantorku.
 
Sore harinya aku sudah bersiap-siap untuk pulang. Jam lima lewat aku pulang hari ini. Hmmm dia juga jam lima lewat pulangnya. Tapi aku tidak berniat menemuinya hari ini. Yang terjadi-terjadilah. Lebih baik aku pulang saja dan kalau memang aku harus menunggu, aku akan menunggunya. Aku akhirnya pulang dengan temanku naik motor. Sambil menunggu temanku yang menuju tempat parkir aku duduk di depan pos satpam. Biasanya dia mengambil kunci yang dititipkan di satpam. Tapi aku lihat hyundainya bergerak. Oh ternyata sedang di pindahkan oleh sopir. Aku melihat dia datang dari ruangan lift. Langsung menuju ke hyundainya tanpa melihat kiri-kanan. Aku menatap tubuhnya yang masuk ke dalam mobil. Ah.... selalu aku rindukan kamu Lisa. Kenapa ya aku suka kamu? Ah pertanyaan bodoh. Seperti bertanya kenapa air mengalir, kenapa angin berhembus, dan sejuta pertanyaan bodoh lainnya.  Dia memarkirkan hyundanya ke arah pintu lift untuk memutar mobilnya. Dari posisi ini aku bisa dengan jelas melihat mukanya.Melihat sosoknya. Mobilnya pun melaju ke arah luar. Aku lihat mukanya. Aku lihat matanya. Selalu memancarkan kecerah-ceriaan. Aku mencoba tersenyum dan bergumam. 'pulang ya...' sebuah gumaman yang tidak mungkin dia dengar. Tapi dia bisa membaca gerakan bibirku. Aku menatap matanya. Dia juga menatap mataku. Mata kami saling bertemu untuk beberapa saat. Aku tidak tahu apakah dia juga mencoba tersenyum atau tidak. Tapi aku lihat air mukanya menunjukkan senyuman. Hyundainya akhirnya lewat didepanku dan berlalu. Ya sudahlah aku juga tidak berniat menemuinya hari ini. Takut kalau dia masih kaget dengan bunga yang aku kirim. Temanku juga sedang menuju kearahku. Akhirnya aku pulang dibonceng naik sepeda motor.
 
Sampai ditempat kost aku langsung tiduran dan menerawang ke sana kemari. Mengingat apa yang telah aku lakukan. Apakah bunga yang aku berikan berkenan di hatinya? apakah ajakanku untuk makan malam terlalu dini? Menurut temanku apabila sudah ada ajakan makan malam biasanya cewek merasa takut. Takut terjadi sesuatu setelah makan malam tersebut. Padahal aku tidak memikirkan sejauh itu. Aku hanya ingin mengajaknya makan dan ngobrol saja. That's it!! itu saja, lain tidak. Aku juga belum tahu tanggapannya atas bunga yang aku berikan dan atas undangan makan malam yang aku ajukan.
 
Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku mencoba untuk meluruskan apa yang telah terjadi kemarin. Aku coba untuk mengetikkan beberapa kata di sms ku padanya.
 
Lisa... Maafkan aku kalau bunga yang aku beri kemarin mengganggu dan tidak berkenan dihatimu. Dan ajakanku untuk makan malam lupakan saja. Aku hanya ingin mengajakmu jalan dan makan, itu saja. Aku juga minta maaf sudah mengganggu hari-harimu. Tapi aku bersedia menunggu dan akan menunggu kamu.
 
Yang tadinya sedikit kok sms ku jadinya panjang banget. aku kirim sms tersebut ke nomornya. Ada jawaban bahwa sms tersebut sudah di terima. Biarlah dia mau membaca atau tidak itu urusannya. aku sudah tenang sekarang. Akhirnya aku tertidur pulas karena kecapean  banget.
 
***