Tuesday, October 31, 2006

Update

Lagi update kisah yang lain.
Cerita Elisa di tunda dulu ya...
 
***

Thursday, October 19, 2006

Kamis 19 Oktober 2006

Elisa.... sebetulnya aku tidak ingin melihatmu. Tetapi kenapa kau biarkan dirimu menampakkan diri di hadapanku? Aku tahu itu bukan salahmu, tetapi kenapa di saat diri ini mulai bisa mengendalikan perasaanku malah kau hadir seperti memanggil-manggil diriku. Aku tak kuasa menahan perasaan ketika mata kita saling bertemu untuk yang kesekian kalinya.
 
Aku tidak tahan lagi Elisa... aku ingin mendekatimu. Aku ingin menyapamu. Aku ingin berdua denganmu. Ingin memelukmu. Ingin memilikimu. Ingin menyentuhmu. Menyentuh perasaan hatimu yang paling dalam.
 
Harapan tinggal harapan. Impian yang selama ini kudambakan. Setiap malam yang kusebut hanya namamu. Seolah tiada lagi yang lain. Seolah semua gadis hanya penghias dirimu saja. Kau yang utama. Kau yang terindah. Tiada keindahan yang menandingi dirimu. Tiada bintang yang melebihi sinarmu.
 
Ataukah aku yang terlalu tergila-gila padamu? Tergila-gila pada mimpi yang tak berujung. Mimpi yang membuatku seolah tidak ingin bangun dari tidur.
 
Dia bukan untukmu. Dia bukan untukmu. Dia bukan orang yang boleh kamu miliki. Cari yang lain. Miliki yang lain. Itu yang selalu kudengar. Itu yang selalu aku dapatkan. Tergambar dengan jelas suratan itu. Seperti tembok yang selalu menghalangiku. Tembok yang terlalu tinggi untuk dapat aku naiki. Tembok yang tidak bisa aku jebol hanya dengan kekuatan cintaku.
 
Cinta??? Apakah aku layak mencintaimu. Apakah ada rasa cinta itu? Kalaupun ada apakah cintaku cukup pantas untuk aku persembahkan padamu? Dirimu yang jauh dari genggamanku, bisakah aku raih?
 
Aku tidak mampu lagi menahan semua ini. Aku tidak kuasa lagi menahan gejolak hatiku. Aku tidak mau mendekatimu. Tapi aku ingin menyentuhmu. Aku tidak boleh memilikimu. Tapi aku ingin selalu dekat denganmu.
 
Bisakah tembok itu aku lalui? Sementara pintu yang ada di tembok terkunci oleh norma dan aturan? Haruskah aku mendobraknya secara paksa? ataukah aku menyerah saja pada nasib?
 
Aku tidak kuat lagi...
 
***

Saturday, October 14, 2006

Sabtu 14 Oktober 2006

Elisa.... aku kangen sama kamu. (Emang gue pikirin)
Malam minggu aku mau kerumah ya... (Terserah)
Kamu ada yang ngapelin nggak? (Emang kenapa!!!)
Aku kan sudah tau rumah kamu. (Bodo amat)
 
You don't know how much a love you (Emang!!!)
Boleh ya kerumah... (Aku mau pergi).
 
Hiks...
Malam minggu sendiri lagi...
 
***
 

Friday, October 13, 2006

Jumat 13 Oktober 2006

Memakai kemeja putih dan memakai rok warna biru muda, aduh cantik sekali kamu. Habislah sudah pahala puasaku hari ini. Aku gak tahan lagi. Aku ingin melihatnya. Lagi, lagi dan lagi. Padahal pada awal puasa kemarin aku sudah bertekad untuk tidak melihatnya dulu. Khawatir mengurangi pahala puasaku.
 
Belum genap seminggu aku merasakan ketenangan bathinku. Tenang seperti air yang mengalir. Sejuk seperti udara pagi hari. Tapi lagi-lagi bayangannya muncul. Mengobrak-abrik isi kepalaku. Merobek-robek isi jantungku. Bayangannya kembali menari-nari dalam benakku. Sampai kapan lagi ini akan terjadi. Sampai aku bisa memilikinya? Akh... bullshit...gak mungkin. Aku terlalu pengecut untuk mendekatinya. Terlalu naif untuk melakukannya. Malah yang parah aku jadi takut untuk bertemu dengannya. Entah kenapa. Harusnya aku tidak begitu ya...
 
Eh... ngomong-ngomong pas bareng dia di lift kemaren aku liat jari kirinya pake cincin seperti cincin kawin. Apa iya dia sudah merried ya...? Tapi kalau sudah merried kenapa dia mau aja ngasih nomor hp sama aku waktu itu(apa iya ngasih no hp segitu spesialnya hehe). Padahal aku kan orang yang baru dikenalnya. Wah...wah tambah mumet aja nih pikiran. Tapi kalaupun iya gak apa-apa juga sih. Bagus juga kalau begitu. Jadi aku gak akan berharap apa-apa lagi darinya.
 
Berharap, berharap dan berharap lah terus. Huh bete.
 
***

Wednesday, October 11, 2006

Rabu 11 Oktober 2006

"Pake kemeja pink garis-garis boss". Aku berkata
"Garis-garisnya warna apa? merah, kuning, hijau, heheh". Temanku tertawa
"Itu sih pelangi". Jawabku
"Ya habis garis-garis warna apa?". Tanya dia lagi
"Kalau gak salah sih warna merah ya, eh entah lah mungkin orange tua, atau campuran antara merah dan orange kali". Jawabku gak jelas.
"Eeee yang bener nih, merah atau orange?". Aku tidak menjawab.
 
"Ya sudahlah, terus bawahannya pake apa?".
"Bawahan nya pake span hitam". Jawabku.
"Span apaan tuh? rok bukan?".
"Yoi...". Jawabku
"Rok nya sepaha? wah seksi dong heheh".
"Wah nggak lah boss, sampe lutut. Walaupun chineese aku belum lihat dia pake span di atas lutut". Jawabku
"Oh gitu....". Jawabnya.
"Ok... jadi pake kemeja warna pink garis-garis merah atau orange dan pake rok warna hitam selutut". Dia memberikan kesimpulan.
"Yoi boss". Jawabku
"Ya... entar siang aku lihat deh ke sana, jadi penasaran... yang mana sih ceweknya". Jawabnya sambil mengakhiri pembicaraan telepon.
 
Temanku Andre ingin tahu mana yang namanya Elisa. Jadi penasaran katanya, mendengar semua ceritaku. Sebetulnya dari dulu dia ingin melihat yang namanya Elisa tapi belum sempat katanya. Setelah semalam aku bercerita tentang mimpi itu, dia jadi bersemangat lagi untuk melihat langsung ke lantai dua gedung kantorku. Biasanya dia ada urusan dengan boss lantai dua jadi bisa leluasa untuk melihat-lihat ke sana.
 
Kemarin sebetulnya aku tidak ingin dulu melihat dia. Tapi dasar nasib, sewaktu aku berjalan menuju ke kantor mobilnya ada di belakangku. Ketika aku sampai di depan lift aku bisa melihat dia dan mobilnya dari balik kaca lift. Huhuhu gagal.
 
Ketika sore hari aku sholat ashar di lantai empat, aku atur-atur waktu supaya gak ketemu dia. Sengaja aku sholat tepat waktu. Selain memang keutamaan nya seperti itu aku juga menjaga supaya tidak bertemu dia. Maklum biasanya kalau sore hari suka banyak orang lantai dua yang pergi ke kantin. Selain untuk sholat juga ada yang membeli jajanan untuk buka atau sekedar membeli cemilan. Kebetulan kantin buka sore hari khusus pada bulan puasa ini.
 
Tetapi memang dasarnya nasib. Setelah aku selesai sholat ashar aku turun ke lantai tiga untuk naik lift menuju ke lantai dasar. Tidak ada perasaan apa-apa waktu itu. Bahkan aku sama sekali lupa kalau sedang menghindari dia. Setelah pintu lift terbuka aku langsung masuk. Aku tidak memperhatikan yang ada di dalam lift. Aku menunduk sewaktu masuk ke dalam lift. Aku hanya melihat sekilas di sebelah kiri ada karyawan lantai dua yang sedang berdiri. Kalau tidak salah dia yang sering makan berdua sama Elisa. Setelah aku masuk aku langsung berbalik menghadap ke arah pintu lift. Dan memang seperti itu kebiasaanya. Semua orang yang naik lift juga pasti menghadap ke arah pintu keluar lift.
 
Ketika aku berbalik ternyata ada seseorang di sebelah kanan lift tadi tapi karena aku menunduk jadi tidak kelihatan. Sekarang dia ada di sebelah kiriku. Coba tebak siapa? Yup betul... yang sedang berdiri di sebelah kiriku adalah Elisa!!! Dia menghadap ke arah pintu keluar lift. Ngapain ya dia turun ke bawah jam segini(yeee itu sih suka-suka dia lagi). Aku tidak berkata apa-apa, menyapapun tidak. Aku gak nyangka dia ada di dalam lift. Dia pun hanya diam saja menghadap ke depan. Aku hanya bisa melihat dia dari belakang. Aku hanya bisa mengurut dada. Aku hanya bisa berdoa semoga hatiku di kuatkan. Aduh haram nih pandangan hehehe. Inget ini bulan puasa. Aku hanya bisa berkata di dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Lha wong dia berdiri tepat di hadapanku. Aku gak bisa membuang pandangan dari tubuhnya. Aku hanya bisa sesekali menunduk, sementara teman Elisa sepertinya memperhatikan tingkah laku ku. Sementara Elisa... dia hanya memainkan jarinya di dinding lift. Sesekali mengetuk-ngetukan jarinya ke dinding lift yang terbuat dari aluminium. Aku gak tau apa yang ada di pikirannya. Aku tahu dia melihatku sewaktu masuk tadi. Makanya dia diam saja tidak membalikkan badan, atau hanya sekedar menghadap ke arah temannya, sehingga aku bisa melihat mukanya. Mungkin dia juga tidak mau melihatku. Ah sebodo lah. Aku gak mau pahala puasaku terkikis habis gara-gara ini. Aku dengar dia berbicara.
 
"Eh loe jadi gak ke Bogor?". Dia berbicara sambil masih menghadap ke dinding lift.
"Nggak ah cape, lagian udah jam segini, jam berapa gue sampe ke sana". Jawab temanya. Hening kembali.
 
Lift turun seperti lama sekali. Tidak seperti biasanya. Apa karena ada Elisa di dalam? Tak tahu lah. Yang jelas setelah sampai di lantai dasar dan pintu lift terbuka, dia buru-buru keluar duluan di ikuti oleh temannya. Dia tidak menoleh ke mana-mana lagi langsung berjalan lurus. Hehehe aku sih cuek aja. Toh walaupun dia tidak mau melihatku aku sudah merasa puas. Lho kok... ya itu tadi secara dia tidak mau berbalik dan melihat ke arahku(gayanya i-Radio nih hehe), berarti secara tidak langsung pikirannya tertuju kepadaku. Karena kalau dia berbalik akan bertatapan langsung denganku dan sepertinya itu yang di hindarinya.
 
Aku hanya bisa senyum sendiri. Setelah keluar dari pintu kaca depan lift pun aku masih senyum sendiri.(kayak orang gila ya hehehe). Temanku yang sedang mengendarai forklift melihat Elisa keluar dari dalam lift di ikuti olehku hanya senyum-senyum saja sambil mengernyitkan alis. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Dia tidak tau apa yang terjadi di dalam lift. Mungkin dia menyangka aku ngobrol atau bagaimana gitu sama dia di dalam lift. Padahal yang ada hanya diam seribu bahasa. :D
 
Kenapa ya... semakin di hindari kok jadi semakin sering bertemu? Dan memang bukan sekali ini aku menghindari dia dan ternyata aku harus bertemu dia. Sebuah Anomali kah? Tidak mau tetapi diberi, tetapi dibalik itu semua Allah memang adil.
 
***

Tuesday, October 10, 2006

Selasa 10 Oktober 2006

Semenjak aku kenal dengan Elisa, baru kali ini dia hadir dalam mimpiku. Huh bulan puasa lagi, untung gak sampai terjadi sesuatu :)
 
Semalam aku memang tidur agak telat soalnya pengen nonton film 2fast and 2furius nya Indosiar. Akibatnya aku tidur hampir jam sebelas malam. Alhasil aku ngantuk berat pas bangun untuk saur jam tiga pagi. Itupun setelah kamar ku di gedor-gedor teman kost. Aku melangkah ke warung makan dengan mata masih mengantuk. Maklum lah anak kost, makan sahur masih di luar rumah. Setelah makan sahur aku sholat shubuh berjamaah di masjid tanpa sempat mandi dulu. Setelah sholat subuh mataku tak bisa di tahan lagi. Aku pulang ke tempat kost buru-buru dan setelah sampai aku langsung merebahkan diri karena kantuk ini tak bisa di tahan lagi. Biarlah aku mandi nanti saja jam enam pagi sebelum aku berangkat kerja.
 
Kata orang tua kalau setelah sholat shubuh jangan tidur lagi. Mendingan ngaji atau melakukan kegiatan yang lain semisal olahraga. Karena biasa nya kalau tidur setelah sholat shubuh kita suka mimpi yang 'enggak-enggak'. Apalagi kalau kita tidak sempat sholat shubuh, yang sudah sholat shubuh saja bisa bermimpi. Mungkin disitulah kesalahanku, jarang ingat apa yang dikatakan orang tua. Begitulah, akhirnya aku bermimpi. Mimpi dengan orang yang selama ini aku rindukan. Tapi apakah mimpiku dengan Elisa bisa dikatakan mimpi yang  'nggak-enggak' :) .
 
Dikisahkan...(kayak dongen aja). Dalam mimpiku aku sedang duduk di meja kerjaku. Aku membelakangi pintu masuk kantorku. Entah lah aku juga bingung padahal meja kerjaku menghadap pintu masuk, namanya juga mimpi. Ketika itulah dia datang dari belakang sambil memberikan kertas bincard (bincard? sejak kapan dia kerja di gudang?) .
 
"Ndi tolong dong di cek bincard ini, ada yang selisih". Dia berbicara begitu sambil memberikan kertas bincard kepadaku. (Bincard = kartu stock barang)
"Oh iya...". Aku hanya menjawab itu. Yang membuat aku gak bisa lupa, tangannya menyentuh pipiku sambil memberikan bincard tersebut. Masih terasa halus tangannya dan terlihat putih kulitnya. Aku hanya bisa diam melihat dia melakukan hal itu. Untung tidak terjadi apa-apa setelah itu. Yang aku ingat aku langsung terbangun dan melihat ke arah jam meja. Astagfirullah sudah jam setengah tujuh. Aku keluar kamar dan segera menuju ke kamar mandi. Huh sial... Gara-gara mimpi aku sampai kesiangan.
 
Sewaktu mandi tadi pagi aku terlupakan akan mimpiku itu. Sampai berangkat kerja pun aku masih tidak mengingat mimpiku itu. Sesampainya di kantor baru aku ingat bahwa tadi shubuh aku mimpi bertemu Elisa. Pertanda apakah gerangan? Atau hanya bunga tidur semata. Memang sekarang aku sudah bisa mengendalikan perasaanku kepadanya. Mungkin ini semua hikmah dari doa-doa ku selama ini. Aku berserah diri kepada-Nya. Semua aku kembalikan lagi kepada sang pencipta. Karena semua kejadian ini tidak lain dan tidak bukan adalah juga kehendak 4JJI.
 
Semoga semua ini menjadi jalan kebaikan untukku. Kalau memang dia itu untukku maka aku akan terima. Dan kalau memang dia bukan untukku aku juga ikhlas menerimanya.
 
***

Wednesday, October 04, 2006

Rabu 04 Oktober 2006

Tak terasa sudah hampir dua minggu sejak aku memutuskan untuk tidak lagi memperhatikan dia. Tidak melihat dia pagi hari ataupun sore hari. Tapi memang yang namanya hati tidak bisa dibohongi. Sekeras apapun usahaku untuk melupakan dia tetap tidak bisa. Siang ini aku melihat dia turun dari mobil bersama teman-temannya, mungkin habis makan siang. Aku melihatnya sekilas saja sudah hapal yang turun adalah dia. Aku yang tadinya hendak ke lantai empat untuk sholah dzuhur membelokkan arah langkah ke sebelah kiri menuju toilet. Kalau aku teruskan bisa-bisa aku bareng sama dia naik lift. Aku tidak menginginkan itu terjadi. Entah kenapa sekarang aku jadi takut kalau bertemu dia. Takut kalau aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara dengannya. Padahal aku sudah berniat untuk melupakannya.
 
Ahhh... sampai kapan semua ini akan berlangsung. Sampai kapan perasaan ini akan berlalu dari hatiku. Percuma aku memanggil namanya kalau hanya dalam hati. Mana dia tau kalau aku merindukannya. Mana dia tahu bahwa setiap malam aku selala menyebut namanya. Mana dia tau kalau setiap saat aku selalu memikirkannya. Sementara aku tidak pernah memberitahukannya. Tapi siapa tau dia juga memperhatikanku. Apa iya...? Mimpi kali yeee...
 
Aku sadar semua ini adalah kehendak yang maha kuasa. Maka dari itu aku kembalikan lagi semuanya kepada-Nya. Aku selalu berdoa apabila memang dia bukan untuk aku, aku minta di jauhkan saja dariku. Tapi apabila memang dia untukku dan akan menjadi jalan kebaikan menuju rido-Nya aku mohon di dekatkan. Doa itu selalu aku panjatkan setiap habis sholat. Apalagi ini adalah bulan suci Ramadhan, dimana segala ampunan dan permohonan di kabulkan. Semoga saja doaku dikabulkan oleh-Nya Amiin.