Tuesday, August 01, 2006

Senin 31 Juli 2006

Tidak banyak karyawan yang makan di kantin lantai 4.

Aku melihat sekeliling, nampaknya dia belum datang.
Hanya ada teman-temanku satu kantor yang masih makan. Kuambil piring, lauk pauk, nasi dan aku pun menuju meja tempatku makan.

Aku melirik ke pintu dan tiba-tiba ada yang keluar uhh...... ternyata dia datang. Berbaju putih dengan bawahan celana cokelat muda, hei..... kok sama dengan stelan yang aku pake, aku jadi gr sendiri.

Setelah mengambil makanan dia duduk di sebelah kanan belakangku menghadap keluar dan dia sendiri, tidak banyak teman sekantor nya yang makan di kantin atas.

Aku pikir ini kesempatan ku, mumpung nggak ada orang yang semeja dengan dia jadi kalaupun aku gagal tidak banyak orang yang tahu.

Aku berniat memperkenalkan diri, yah basa-basi gitu lah kenalan, nanya alamat dan lain sebagainya sudah terkumpul sejuta alasan di otak ku untuk mengenal dia.
Tapi hati ini masih ragu, entah kenapa aku selalu gemetar kalau melihat atau sekedar dekat dengan nya.

Setelah selasai makan aku berniat melaksanakan rencana yang tadi telah aku susun, tapi .......... ternyata kaki ku tidak bisa di ajak kompromi dia malah teus melangkah meninggalkan dia di meja nya tanpa aku sempat berbicara sedikit pun.

Aku langsung menuju ke musholla untuk melaksanakan sholat dzuhur. Aku tidak bisa sedetikpun berhenti memikirkan dia atau apalah artinya itu yang pasti setiap detik aku selalu ingat dia. Setelah sholat dan berdoa aku tetapkan hatiku untuk langsung berbicara dengan dia.

Aku berjalan keluar dari musholla langsung menuju kantin. Selangkah, dua langkah, tiga langkah, aku semakin mendekati pintu kantin. Dia sudah keliahatan aku tetapkan diriku untuk mendekati dia dan berbicara dengan dia. Tapi........ sekali lagi hatiku sudah bertekad dan niatku sudah bulat apa daya kakiku tidak bisa di ajak kompromi, aku lihat dia mengangkat hp dan sepertinya ada telp atau sms yang masuk, aku hanya lewat saja di samping dia dan langsung menuju ke lantai bawah tempat di mana lift berada.

Bodohnya diriku, bego nya diriku. Aku mengumpat diriku sendiri kenapa denganku ada apa denganku kenapa untuk hal semudah itu saja aku nggak mampu melakukannya. Padahal itu adalah kesempatan emas yang mungkin tidak akan datang lagi kepadaku.

Sampai di lantai dasar aku hanya mengutuk diri sendiri saja sambil sesekali menendang kan sepati ke arah lantai sampai temanku yang mengajak bicara hanya aku jawab hah, apa, oh dan jawaban-jawaban spontan lainnya.

Memang kesempatan tidak akan datang dua kali tapi semoga saja masih ada celah yang bisa aku gunakan untuk bisa mengenal dia. Entah itu mencari tahu ke teman sekantor ataupun teman sekantor dia.

Rencanaku hari esok aku akan menanyakan ke office boy kantornya untuk mencari tahu tentang dia karena aku kenal dengan office boy tersebut.

Huh........ gila memang, pikiranku enggak bisa lepas darinya waktu aku menulis pun masih saja bayangan nya terlihat di pelupuk mata, puitis ya.........

Aku sendiri heran di usia yang menginjak kepala tiga aku masih memiliki perasaan seperti ini.
Kadang aku jadi ingin ketawa kenapa terjadi hal seperti ini atau kah aku harus menangis.

0 comments: