Monday, September 04, 2006

Senin 04 September Siang

Hari ini aku makan terlambat. Wah gak bisa lihat dia nih. Pasti dia sudah turun ke lantai dua. Aku bergegas naik ke lantai empat dimana kantin berada. Waktu sudah menunjukkan jam setengah satu lewat. Mudah-mudahan dia masih ada.
 
Ketika menginjakkan kaki ke kantin aku masih bisa melihatnya. Sepertinya dia sudah selesai makan dan bersiap-siap untuk turun ke bawah. Ketika aku menuju ke meja tempat makanan berada dia mulai beranjak dari tempat duduknya. Wah bukan jodohnya kali. Padahal kalau aku sedikit lagi terlambat pasti aku bisa bertemu dengan dia di depan lift atau paling tidak di tangga sehingga aku bisa menyapanya. Aku hanya bisa melihat dia berjalan ke arah tangga keluar kantin dan akhirnya menghilang turun ke bawah.
 
Aku melihat dia seperti berada jauh di depanku. Jauh untuk di raih. Jauh untuk di gapai. Apakah memang begitu kenyataannya? Tapi sesuai dengan janjiku kemarin, aku akan tetap mengejarnya walau harus membutuhkan waktu yang lama.
 
Rinduku-rinduku, kenapa rasa ini tetap ada. Terus hinggap di hatiku dan tidak pernah pergi meninggalkanku. Apakah aku mencintainya? Ah terlalu dini untuk mengungkapkannya. Aku selalu menampik kalau aku mencintainya. Memang aku suka kepadanya tapi untuk urusan cinta aku harus berpikir dulu masak-masak. Aku belum tahu siapa dia. Aku belum mendalami isi hatinya. Bagaimana karakternya. Bagaimana sifatnya. Walaupun memang aku benar-benar menginginkannya. Aku tidak munafik aku memang terlewat suka kepadanya. Entah kenapa rasa ini tiba-tiba hadir kembali dalam hidupku.
 
Apakah ada sesuatu dalam dirinya yang membuat aku jatuh hati? Yang membuat aku tidak bisa berhenti memikirkannya? Yang membuat aku tidak bisa berhenti merindukannya? Atau apakah dia itu merupakan reinkarnasi dari seseorang? Seseorang yang dulu sekali amat aku rindukan? Tapi kalau memang begitu siapa? Siapa yang dulu sangat aku rindukan? Yang dulu juga merindukanku? Dan sekarang hadir dalam bentuk lain? Mungkin untuk membalas sakit hatinya? Atau untuk mengulang cerita lama?
 
Membalas sakit hati........
Dulu sekali memang aku akui pernah meninggalkan seseorang. Seseorang yang aku rasa sangat menyayangiku. Tapi aku tidak kuasa menolak kenyataan. Kenyataan hidup. Dia adalah adik dari temanku. Teman baikku. Namanya Maharani. Aku biasa memanggilnya Rani. Selain itu dia juga di sukai oleh teman baikku yang lain. Dilema menghantui aku waktu itu. Apakah akan aku teruskan kisah itu atau tidak. Tapi pada akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri saja kisah itu. Meninggalkannya tanpa penjelasan apapun. Meninggalkan luka hati yang teramat dalam.
 
Kalau dilihat memang sepintas ada kemiripan dalam perawakan dan raut wajah. Perawakan Rani sama persis dengan perawakan Lisa. Kecil mungil. Raut wajah juga tidak jauh berbeda. Aku sulit untuk menggambarkannya. Yang jelas raut wajah, bentuk bibir dan pipinya hampir mirip.
 
Apabila memang dia datang untuk menuntut balas, mengapa sekarang? Mengapa tidak dari dulu? Dalam keyakinanku tidak ada yang namanya reinkarnasi. Tidak ada yang namanya hidup kembali dalam bentuk lain. Yang aku tahu dan dengar dari kakaknya sendiri bahwa Rani sudah hidup bahagia dengan seorang laki-laki yang mencintainya dan sudah mempunyai dua orang buah hati. Memang waktu itu sebelum memutuskan untuk menikah dia pernah memberitahuku bahwa ada seseorang yang ingin mengajaknya menikah tetapi usianya jauh di atas dia dan bukan orang sunda tetapi orang sumatra. Aku sudah merelakannya dan berpesan agar menjaga diri baik-baik. Apabila memang laki-laki itu benar-benar menyayanginya segeralah menikah. Dia mengerti yang aku maksud dan mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya. Pada waktu digelar pesta pernikahan nya aku tidak datang. Aku tidak bisa melihat dia bersanding dengan orang lain. Yah... mungkin hanya sampai disitu perjalanan kisah kami.
 
Yang menjadi perbedaan mendasar adalah bahwa Rani adalah orang muslim sementara Lisa adalah orang keturunan dan beragama kristen. Apakah aku salah menyukai gadis non muslim? Apakah aku salah menyukai gadis keturunan? Apabila memang begitu adanya, kenapa rasa ini hadir? kenapa rasa ini tidak juga beranjak dariku? Kenapa kepadanya? Kalau aku ingat akan hal itu hatiku seperti di iris-iris. Mungkinkah semua itu terjadi? Aku bisa memilikinya sementara dia berbeda denganku? Keluargaku dan saudara-saudaraku adalah pemegang teguh nilai-nilai dan ajaran Islam. Apakah mereka rela melihat anak atau saudaranya bergaul dengan orang non muslim? Terlebih lagi menjadi teman dekat, dengan kata lain pacar?
 
Mengulang cerita lama........
Apabila memang begitu, mengapa sulit sekali meraih hatinya? Atau aku yang kurang berusaha? Mengapa dia membiarkanku dalam perasaan yang sangat menyiksa ini? Mengapa dia tidak pernah mengangkat telepon? Mengapa dia tidak pernah memperdulikan semua sms ku? Apakah dia sedang mempermainkanku? Ataukah dia sedang menguji aku? Atau memang dia tidak perduli kepadaku sehingga tidak menanggapi aku? Padahal tinggal katakan saja 'tidak' kepadaku. Aku akan mundur.
 
Aku jadi ingat syair lagu Ada Band yang selalu ter ngiang-ngiang di telingaku. Judulnya Haruskah kumati.
 
Bagaimana mestinya
Membuatmu jatuh hati kepadaku
T'lah kutuliskan sejuta puisi
Yakinkanmu membalas cintaku
 
Haruskah kumati karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Harus kurelakan hidupku
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku
Hentikan denyut nadi jantungku
Tanpa kau tahu betapa suci hatiku untuk memilikimu
 
Adakah keikhlasan
Dalam palung jiwamu mengetukku
Ajarkanmu bahasa perasaan
Hingga hatimu tak lagi membeku
 
Haruskah kumati karenamu
Terkubur dalam kesedihan sepanjang waktu
Harus kurelakan hidupku
Hanya demi cinta yang mungkin bisa membunuhku
Hentikan denyut nadi jantungku
Tanpa kau tahu betapa suci hatiku untuk memilikimu
 
Tiadakah ruang dihatimu untukku
Yang mungkin bisa untukku singgahi
Hanya sekedar penyejuk di saan ku layu
Tuk slalu menantimu hingga akhir masa
 
 
***

0 comments: