Monday, September 25, 2006

Sabtu 23 September 2006

Aku merasa jadi manusia paling bodoh dan bego sedunia!!!
 
Betapa tidak, kemarin malam aku mendapat jawaban yang tak di sangka-sangka dari dia. The Unexpected answer. Rencana kemarin siang sih aku ingin menemuinya setelah pulang kerja. Tapi aku urungkan niatku untuk melakukannya.
 
Akhirnya aku pulang ke tempat kost ikut dengan temanku naik motor. Setelah aku pikir-pikir mending aku telepon saja dia nanti malam. Siapa tahu dia mau menerima teleponku. Soalnya aku akan memakai nomor baru hehehe. Aku putuskan untuk membeli nomor mentari biar sama dengan yang dia pakai sekarang.
 
Aku sudah bulatkan tekad untuk menerima apa saja yang dia ucapkan kepadaku. Walaupun mungkin jawabannya tidak mengenakan akan aku terima saja. Aku bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Bukan apa-apa, menghadapi bulan Ramadhan ini pikiranku tidak ingin aku penuhi dengan hal-hal semacam ini. Aku ingin berkonsetrasi untuk beribadah. Biarlah kalau memang dia tidak suka, aku akan merelakannya. Selesai sholat aku terus berdoa kepada 4JJI agar diberikan kekuatan dalam menghadapi segala cobaan ini. Aku tahu semuanya ini datang dari-Nya dan hanya kepada-Nya lah aku meminta pertolongan.
 
Selesai sholat isya kebetulan temanku datang ke tempat kost. Sebelum puasa memang diwajibkan untuk saling meminta maaf terlebih dahulu. Lebih-lebih ini adalah hari jumat, hari yang di sunatkan untuk saling bermaaf-maafan. Sambil ngobrol aku memperhatikan jam yang terus berjalan. Aku pikir dia belum pulang kalau jam delapan malam. Karena daerah sana terkenal macet jadi waktu yang tepat mungkin sekitar jam setengah sembilan malam.
 
Waktunya tiba untuk menghubungi di. Aku ganti kartu xl ku dengan mentari yang baru aku beli. Aku tekan nomor telepon dia. Terdengar nada sambung. Akhirnya telepon diangkat.
 
"Halo.... Lisa....". Aku memulai pembicaraan.
"Iya halo.... siapa nih?". Diujung sana menjawab dan langsung balik bertanya. Aku sudah mengenal suara itu.
"Andi...". Aku menjawab. Hening sejenak. Terdengar seperti suara ramai di belakang dia. Sepertinya dia belum sampa rumah.
"Oh.. ada apa?". Dia kembali bertanya.
"Eh.. kamu sudah sampai rumah?". Bukannya menjawab aku malah bertanya.
"Belum... aku lagi jalan". Sudah hampir jam sembilan malam masih jalan... hmm nakal juga nih anak sudah jam segini belum pulang kerumah.
"Aku cuma pengen nanya...". Aku berhenti sejenak.
"Emm... Kamu gak suka ya aku telepon terus dan aku sms terus?". Langsung saja aku tembak dia dengan pertanyaan itu.
"Enggak... enggak apa-apa, biasa aja". Dia menjawab
"Emang kenapa?". Dia balik bertanya. Kata 'kenapa' nya itu diakhiri dengan suara seperti tertawa. Jadi bunyinya seperti 'emang kenhaaaphaaaa'.
"Nggak apa-apa, takutnya kamu nggak suka soalnya aku seperti ngejar-ngejar kamu kesannya". Aku menjelaskan.
"Enggak... enggak apa-apa". Dia kembali menjawab. Uh jawaban yang sangat tidak aku sangka-sangka. Aku jadi Speechless kehilangan kata-kata.
"Oh gitu...". Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
"Emmm... kamu masih lama sampai rumah". Akhirnya aku bertanya lagi.
"Emmm... Iya...". Jawabnya.
"Iya deh kalo gitu, aku cuma pengen nanya itu doang".
"Hati-hati dijalan ya". Aku mengakhiri pembicaraan
"Iya...". Dia menjawab sebelum memutuskan hubungan telepon. Heh.... dia menjawab iya? Apa nggak salah dengar. Biasanya dia mengakhiri telepon dengan kata youuu. Ah biasa aja kali. Mungkin jawaban standar. Tapi aku kepikiran juga.
 
Temanku yang sejak tadi memperhatikan akhirnya mengeluarkan tawanya. Soalnya dia tahu aku sudah despert untuk mendekatinya dan memang dia tahu aku akan meneleponnya malam ini dengan niat untuk menghentikan 'pengejaranku' terhadap dia.
 
Benar-benar Unexpected answer. Jawaban yang tidak disangka-sangka. Tadinya aku pikir dia akan mengatakan kalau memang dia tidak suka kepadaku dan memang merasa terganggu dengan telepon-teleponku. Selesai menelepon aku hanya bisa bengong. Temanku terus tertawa dan setelah puas sambil senyum-senyum akhirnya dia bicara.
 
"Hahaha.... jadi makin penasaran deh hehehe".
"Kok jawabannya begitu ya". Aku bertanya pada diri sendiri.
"Berarti masih ada harapan hehehe". Temanku malah yang menjawab.
"Tapi aku kan mau puasa... aku gak mau terganggu dengan hal-hal  semacam ini".
"Ya udah kalau begitu lupakan saja, jangan diteruskan". Temanku menjawab.
"Tapi bagaimana... aku sulit melupakannya".
"Ya sedikit-sedikit lah". Temanku membesarkan hatiku.
 
Iya juga sih. Aku harus berusaha melupakan dia. Sepertinya dia bukan untukku. Tapi bagaimana dengan perasaanku sekarang. Ah pusing aku. Semakin aku berusaha melupakan dia semakin aku mengingat dia.
 
Pusing...
 
***

0 comments: