Wednesday, October 11, 2006

Rabu 11 Oktober 2006

"Pake kemeja pink garis-garis boss". Aku berkata
"Garis-garisnya warna apa? merah, kuning, hijau, heheh". Temanku tertawa
"Itu sih pelangi". Jawabku
"Ya habis garis-garis warna apa?". Tanya dia lagi
"Kalau gak salah sih warna merah ya, eh entah lah mungkin orange tua, atau campuran antara merah dan orange kali". Jawabku gak jelas.
"Eeee yang bener nih, merah atau orange?". Aku tidak menjawab.
 
"Ya sudahlah, terus bawahannya pake apa?".
"Bawahan nya pake span hitam". Jawabku.
"Span apaan tuh? rok bukan?".
"Yoi...". Jawabku
"Rok nya sepaha? wah seksi dong heheh".
"Wah nggak lah boss, sampe lutut. Walaupun chineese aku belum lihat dia pake span di atas lutut". Jawabku
"Oh gitu....". Jawabnya.
"Ok... jadi pake kemeja warna pink garis-garis merah atau orange dan pake rok warna hitam selutut". Dia memberikan kesimpulan.
"Yoi boss". Jawabku
"Ya... entar siang aku lihat deh ke sana, jadi penasaran... yang mana sih ceweknya". Jawabnya sambil mengakhiri pembicaraan telepon.
 
Temanku Andre ingin tahu mana yang namanya Elisa. Jadi penasaran katanya, mendengar semua ceritaku. Sebetulnya dari dulu dia ingin melihat yang namanya Elisa tapi belum sempat katanya. Setelah semalam aku bercerita tentang mimpi itu, dia jadi bersemangat lagi untuk melihat langsung ke lantai dua gedung kantorku. Biasanya dia ada urusan dengan boss lantai dua jadi bisa leluasa untuk melihat-lihat ke sana.
 
Kemarin sebetulnya aku tidak ingin dulu melihat dia. Tapi dasar nasib, sewaktu aku berjalan menuju ke kantor mobilnya ada di belakangku. Ketika aku sampai di depan lift aku bisa melihat dia dan mobilnya dari balik kaca lift. Huhuhu gagal.
 
Ketika sore hari aku sholat ashar di lantai empat, aku atur-atur waktu supaya gak ketemu dia. Sengaja aku sholat tepat waktu. Selain memang keutamaan nya seperti itu aku juga menjaga supaya tidak bertemu dia. Maklum biasanya kalau sore hari suka banyak orang lantai dua yang pergi ke kantin. Selain untuk sholat juga ada yang membeli jajanan untuk buka atau sekedar membeli cemilan. Kebetulan kantin buka sore hari khusus pada bulan puasa ini.
 
Tetapi memang dasarnya nasib. Setelah aku selesai sholat ashar aku turun ke lantai tiga untuk naik lift menuju ke lantai dasar. Tidak ada perasaan apa-apa waktu itu. Bahkan aku sama sekali lupa kalau sedang menghindari dia. Setelah pintu lift terbuka aku langsung masuk. Aku tidak memperhatikan yang ada di dalam lift. Aku menunduk sewaktu masuk ke dalam lift. Aku hanya melihat sekilas di sebelah kiri ada karyawan lantai dua yang sedang berdiri. Kalau tidak salah dia yang sering makan berdua sama Elisa. Setelah aku masuk aku langsung berbalik menghadap ke arah pintu lift. Dan memang seperti itu kebiasaanya. Semua orang yang naik lift juga pasti menghadap ke arah pintu keluar lift.
 
Ketika aku berbalik ternyata ada seseorang di sebelah kanan lift tadi tapi karena aku menunduk jadi tidak kelihatan. Sekarang dia ada di sebelah kiriku. Coba tebak siapa? Yup betul... yang sedang berdiri di sebelah kiriku adalah Elisa!!! Dia menghadap ke arah pintu keluar lift. Ngapain ya dia turun ke bawah jam segini(yeee itu sih suka-suka dia lagi). Aku tidak berkata apa-apa, menyapapun tidak. Aku gak nyangka dia ada di dalam lift. Dia pun hanya diam saja menghadap ke depan. Aku hanya bisa melihat dia dari belakang. Aku hanya bisa mengurut dada. Aku hanya bisa berdoa semoga hatiku di kuatkan. Aduh haram nih pandangan hehehe. Inget ini bulan puasa. Aku hanya bisa berkata di dalam hati. Tapi mau bagaimana lagi. Lha wong dia berdiri tepat di hadapanku. Aku gak bisa membuang pandangan dari tubuhnya. Aku hanya bisa sesekali menunduk, sementara teman Elisa sepertinya memperhatikan tingkah laku ku. Sementara Elisa... dia hanya memainkan jarinya di dinding lift. Sesekali mengetuk-ngetukan jarinya ke dinding lift yang terbuat dari aluminium. Aku gak tau apa yang ada di pikirannya. Aku tahu dia melihatku sewaktu masuk tadi. Makanya dia diam saja tidak membalikkan badan, atau hanya sekedar menghadap ke arah temannya, sehingga aku bisa melihat mukanya. Mungkin dia juga tidak mau melihatku. Ah sebodo lah. Aku gak mau pahala puasaku terkikis habis gara-gara ini. Aku dengar dia berbicara.
 
"Eh loe jadi gak ke Bogor?". Dia berbicara sambil masih menghadap ke dinding lift.
"Nggak ah cape, lagian udah jam segini, jam berapa gue sampe ke sana". Jawab temanya. Hening kembali.
 
Lift turun seperti lama sekali. Tidak seperti biasanya. Apa karena ada Elisa di dalam? Tak tahu lah. Yang jelas setelah sampai di lantai dasar dan pintu lift terbuka, dia buru-buru keluar duluan di ikuti oleh temannya. Dia tidak menoleh ke mana-mana lagi langsung berjalan lurus. Hehehe aku sih cuek aja. Toh walaupun dia tidak mau melihatku aku sudah merasa puas. Lho kok... ya itu tadi secara dia tidak mau berbalik dan melihat ke arahku(gayanya i-Radio nih hehe), berarti secara tidak langsung pikirannya tertuju kepadaku. Karena kalau dia berbalik akan bertatapan langsung denganku dan sepertinya itu yang di hindarinya.
 
Aku hanya bisa senyum sendiri. Setelah keluar dari pintu kaca depan lift pun aku masih senyum sendiri.(kayak orang gila ya hehehe). Temanku yang sedang mengendarai forklift melihat Elisa keluar dari dalam lift di ikuti olehku hanya senyum-senyum saja sambil mengernyitkan alis. Aku hanya menjawab dengan senyuman. Dia tidak tau apa yang terjadi di dalam lift. Mungkin dia menyangka aku ngobrol atau bagaimana gitu sama dia di dalam lift. Padahal yang ada hanya diam seribu bahasa. :D
 
Kenapa ya... semakin di hindari kok jadi semakin sering bertemu? Dan memang bukan sekali ini aku menghindari dia dan ternyata aku harus bertemu dia. Sebuah Anomali kah? Tidak mau tetapi diberi, tetapi dibalik itu semua Allah memang adil.
 
***

0 comments: