Thursday, October 19, 2006

Kamis 19 Oktober 2006

Elisa.... sebetulnya aku tidak ingin melihatmu. Tetapi kenapa kau biarkan dirimu menampakkan diri di hadapanku? Aku tahu itu bukan salahmu, tetapi kenapa di saat diri ini mulai bisa mengendalikan perasaanku malah kau hadir seperti memanggil-manggil diriku. Aku tak kuasa menahan perasaan ketika mata kita saling bertemu untuk yang kesekian kalinya.
 
Aku tidak tahan lagi Elisa... aku ingin mendekatimu. Aku ingin menyapamu. Aku ingin berdua denganmu. Ingin memelukmu. Ingin memilikimu. Ingin menyentuhmu. Menyentuh perasaan hatimu yang paling dalam.
 
Harapan tinggal harapan. Impian yang selama ini kudambakan. Setiap malam yang kusebut hanya namamu. Seolah tiada lagi yang lain. Seolah semua gadis hanya penghias dirimu saja. Kau yang utama. Kau yang terindah. Tiada keindahan yang menandingi dirimu. Tiada bintang yang melebihi sinarmu.
 
Ataukah aku yang terlalu tergila-gila padamu? Tergila-gila pada mimpi yang tak berujung. Mimpi yang membuatku seolah tidak ingin bangun dari tidur.
 
Dia bukan untukmu. Dia bukan untukmu. Dia bukan orang yang boleh kamu miliki. Cari yang lain. Miliki yang lain. Itu yang selalu kudengar. Itu yang selalu aku dapatkan. Tergambar dengan jelas suratan itu. Seperti tembok yang selalu menghalangiku. Tembok yang terlalu tinggi untuk dapat aku naiki. Tembok yang tidak bisa aku jebol hanya dengan kekuatan cintaku.
 
Cinta??? Apakah aku layak mencintaimu. Apakah ada rasa cinta itu? Kalaupun ada apakah cintaku cukup pantas untuk aku persembahkan padamu? Dirimu yang jauh dari genggamanku, bisakah aku raih?
 
Aku tidak mampu lagi menahan semua ini. Aku tidak kuasa lagi menahan gejolak hatiku. Aku tidak mau mendekatimu. Tapi aku ingin menyentuhmu. Aku tidak boleh memilikimu. Tapi aku ingin selalu dekat denganmu.
 
Bisakah tembok itu aku lalui? Sementara pintu yang ada di tembok terkunci oleh norma dan aturan? Haruskah aku mendobraknya secara paksa? ataukah aku menyerah saja pada nasib?
 
Aku tidak kuat lagi...
 
***

0 comments: